Beijing (ANTARA News) - Presiden China, Hu Jintao, membahas rencana referendum Taiwan untuk menentukan keanggotaannya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan Presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush. Selain itu, ia mengatakan bahwa kedua pihak akan menentang langkah yang disebut mereka sebagai `tantangan serius` terhadap stabilitas kawasan itu, kata kementerian luar negeri China Jum`at. Hu mengatakan kepada Bush melalui percakapan telepon pada Kamis bahwa Taiwan adalah masalah penting untuk menjamin `perkembangan yang sehat dan erat` hubungan China-AS, kata kementerian itu dalam laporannya yang dimuat di dalam situs webnya. Para pemimpin Taiwan belakangan makin mengintensifkan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada `kemerdekaan Taiwan` antara lain melalui referendum dan `menciptakan ancaman-ancaman dan tantangan-tantangan serius` terhadap stabilitas di sepanjang Selat Taiwan, katanya. "Ini adalah kepentingan-kepentingan strategis bersama antara China dan AS untuk menentang dan mencegah `kemerdekaan Taiwan` serta memelihara perdamaian dan stabilitas di sepanjang Selat," kata Hu. Bush mengatakan kepada Hu bahwa AS akan `bekerjasama dengan China mengenai masalah Taiwan` ini, kata laporan itu. Kedua pemimpin juga membahas perundingan-perundingan internasional mengenai program-program nuklir Iran dan Korea Utara, kata laporan tersebut. Presiden Taiwan Chen Shui-bian berencana menyelenggarakan referendum mengenai apakah Taiwan bergabung menjadi anggota PBB, dengan nama Taiwan, pada 22 Maret 2008, yang bertepatan dengan saat pemilihan presiden Taiwan. Beijingm yang memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, menentang gerakan tersebut sebagai langkah ke arah kemerdekaan resmi. AS mengatakan, referendum yang akan diadakan Taipei melanggar janji Chen sendiri yang menegaskan, bahwa dia tidak akan mengubah "status quo" Selat Taiwan, yang dia ucapkan pada saat mengambil alih pemerintahan pada tahun 2000. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007