Jayapura (ANTARA News) - Distrik Fef, Kabupaten Sorong, ditetapkan menjadi ibukota Kabupaten Tambrauw yang dimekarkan dari Kabupaten Sorong, Sorong Selatan, dan Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, oleh DPR RI 6 Desember 20007 bersama sejumlah kabupaten lainnya di Tanah Air. "Hal ini sudah merupakan keputusan Adat di bawah kelembagaan Lembaga Masyarakat Adat Karon (Lemaka) yang mendiami enam distrik yaitu, Distrik Fef, Meyah, Sausapor, Makbon, Waybem dan Distrik Mare dengan ibu kota kabupaten di Fef," kata Ketua Lemaka, Ignatius Baru di Jayapura, Jumat. Penentuan penempatan ibukota kabupaten Tamauw di Fef itu dapat memperpendek rentang kendali pemerintahan serta penerobosan isolasi dari pedalaman ke pesisir pantai di pedalaman "Kepala Burung", Papua Barat itu . Pemekaran Tambrauw ini merupakan wujud dari permintaan masyarakat untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari daerah lain di Papua maupun kabupaten di tanah air. "Keputusan ini adalah keputusan final," ujar Baru.Dia mengemukakan, pemekaran Tambrauw menjadi kabupaten merupakan keinginan murni mantan Bupati Sorong, John Piet Wanane, SH dengan kekuatan memberikan rekomendasi dukungan terutama dukungan biaya selama tiga tahun sebelum kabupaten itu menjadi kabupaten definitif. "Kalaupun ada pihak tertentu yang ingin memindahkan Tambrauw ke wilayah lain maka seluruhnya kami serahkan kepada pihak penegak hukum," tegas dia. Hal senada juga ditambahkan Finsen Tawer yang didampingi Petrus Yewen yang mewakili semua komponen Pemuda Tambrauw, Kabupaten Sorong di Jayapura bahwa persoalan pemekaran Tambrauw ditingkat masyarakat sudah final. Kini wewenang seluruhnya ada di Kabupaten Sorong yang berwenang mengurus pemekaran ke tingkat yang lebih lanjut, baik Provinsi ataupun Pusat Tawer meminta Pemerintah Provinsi Papua Barat di Manokwari, agar mengingatkan kelompok-kelompok di luar masyaraat Tambrauw agar tidak memindahkan lokasi ibukota kabupaten ke tempat lain. Tambrauw mwpunyai karakteristik sendiri bila dibandingkan dengan daerah lainnya, baik topografinnya , masyarakatnya, pertalian budaya, maupun temparamennya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007