Kupang (ANTARA News) - Pemerintah Jepang melanjutkan program pengembangan prasarana dan sarana sumber daya air dan irigasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), setelah melihat pemanfaatan proyek air bersih dan irigasi yang dibiayai sejak tahun 2002. Kepala Biro Penyusunan Program Setprov NTT, Ir Andre W. Koreh, mengemukakan hal itu bahwa usai mendampingi Wakil Gubernur NTT, Drs Frans Lebu Raya menerima kunjungan Sekretaris Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Takashi Seo, di Kupang, Jumat. Takashi Seo didampingi Pimpinan Japan Bank International Cooperation (JBIC) di Jakarta, Keiko Kitamura, "Team Leader Decentralized Irrigation System Improvement Management Project" (DISIMP) di Jakarta, Shuichi Sato dan Pimpinan Konsultan DISIMP di NTT, Suzuki. Andre mengatakan, utusan Pemerintah Jepang sudah datang dan melihat pemanfaatan proyek prasarana dan sarana air bersih bantuan Jepang di wilayah NTT, yang dibiayai sejak tahun 2002 dan akan mengalokasikan sejumlah dana untuk proyek lanjutan. "Bantuan Pemerintah Jepang yang sudah terealisasi itu, berupa paket-paket kegiatan pengembangan prasarana dan sarana sumber daya air dan irigasi yang dikemas dalam program DISIMP yang didanai oleh JBIC Loan IP-509. Program DISIMP `Phase I` berakhir akhir Desember 2007 mendatang," katanya. Program DISIMP "Phase I" itu, meliputi peningkatan/pengembangan Daerah Irigasi (DI) Malaka (Belu) seluas 6.600 hektare dari 10 ribu hektare yang direncanakan, dan lanjutan pengembangan DI Wae Dingin (Manggarai) seluas 1.246 hektare. Proyek lainnya, yakni pengembangan DI (Kadumbul (Sumba Timur) dengan luas areal 841 hektare, DI Bena (TTS) seluas 1.061 hektare, pengembangan air tanah di Maumere (Sikka) seluas 150 hektare, di Lembata 70 hektare dan Ponu-Fatuoni (TTU) 150 hektare. Selain itu, rehabilitasi DI Mautenda (Ende) seluas 1.180 hektare, rehabilitasi embung irigasi Danau Tua (Rote) seluas 130 hektare, embung irigasi Lokojange-Anakalang (Sumba Barat) seluas 414 hektare. Pembangunan embung irigasi Haekrit (Belu) seluas 200 hektare dan embung irigasi Beku (Ngada) seluas 500 hektare. Secara keseluruhan, dalam DISIMP phase I ini terdapat 11.942 hektare irigasi baru dan 2.700 hektare yang direhabilitasi dari tahun 2002 sampai tahun 2007, yang dikemas dalam 15 paket kegiatan dengan dukungan anggaran sebesar Rp319 miliar. "Utusan Pemerintah Jepang itu sudah melihat manfaat irigasi bantuan Jepang di wilayah NTT, dan mereka mengatakan NTT layak mendapat bantuan pengembangan sumber daya air dan irigasi, karena perhatian JBIC lebih ke Kawasan Indonesia Timur," kata Andre. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007