Makassar (ANTARA News) - Satu bom berdaya lendak rendah ditemukan di koridor lantai satu Markas Polisi Daerah Sulawesi Selatan Barat (Mapolda Sulselbar), Jumat, kemudian diledakan di halaman Mapolda oleh Satuan Penjinak Bahan Peledak (Jihandak). Para pegawai maupun anggota polisi lainnya, tidak menyangka jika ditempat mereka bekerja terdapat sebuah bom yang dibungkus rapi dengan kardus berwarna coklat. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Sulselbar, Kombes Pol Dwi Hartono, mengatakan bahwa penemuan dan peledakan bom berdaya rendah tersebut merupakan simulasi atau drama yang dilakukan anggota polisi yang dikerahkan seluruh satuan dalam pelatihan program kerja. Simulasi itu dilakukan di Mapolda merupakan latihan ketika terjadi ancaman serupa di tempat yang ramai dikunjungi orang. "Bukan hanya peledakan bom saja yang dijadikan simulasi, penyanderaan yang dilakukan kelompok radikal yang datang lengkap dengan bersenjata juga dilakukan dalam simulasi tersebut," katanya. Bom tersebut diketahui setelah seorang petugas Mapolda mendapat telepon dari seorang pria, jika kantor yang ditempatinya disimpan sebuah bungkusan yang akan meledak beberapa menit lagi. Dari informasi itu, kemudian petugas tersebut langsung memberitahukan anggota lainnya, dan kemudian menghubungi tim Gegana. Setelah meledakkan bom, ratusan polisi berbagai Satuan yakni Lalulintas, Samapta, Gegana, Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror (AT) dan Penjinak Bom, dikerahkan dan langsung melakukan penyisiran yang berlangsung selama dua jam di dalam gedung berkorps coklat tersebut untuk mencari kemungkinan adanya bom lain.Simulasi tersebut agaknya sempat mengecoh para pejabat jajaran Polda Sulselbar yang tengah menikmati hidangan ringan, usai berolah raga di koridor lantai satu Mapolda Sulslebar. Tanpa sepengetahuan sebagian pejabat yang berpangkat Kombes, AKBP maupun Kompol terkejut saat anggota polisi yang memakai baju preman sembari menutup wajahnya dengan selembar kain masuk dan melepaskan pelurunya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007