Nusa Dua (ANTARA News) - Skema mitigasi perubahan iklim dalam Protokol Kyoto yang disebut dengan CDM (Mekanisme Pembangunan Bersih/"Clean Development Mechanism") gagal karena konsep yang "sembrono", kata Larry Lohmann, editor buku tentang perdagangan karbon. Larry Lohman di sela-sela Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) di Bali, Jumat, mengatakan, pasar karbon yang memuat CDM dalam kerangka Protokol Kyoto dan Pasar Karbon Uni Eropa (EU ETS) sering menciderai masyarakat lokal dan bahkan memperburuk keadaan iklim global. "Pasar karbon Protokol Kyoto ingin meniru pasar pengendalian polusi yang pernah coba diterapkan di Amerika Serikat, tapi pasar itu pun gagal terwujud di Amerika," kata penulis buku "Carbon Trading, Critical Conversation on Climate Change, Privatisation, and Power". "Apakah mereka pernah belajar dari pasar polusi Amerika itu? Atau jangan-jangan mereka mererapkan pasar karbon tanpa pengetahuan sama sekali?" kata Larry di sesi jumpa pers yang membahas kegagalan CDM di sidang UNFCCC. Ia juga mencatat jawaban-jawaban Sekretaris UNFCCC Yvo de Boer yang memunculkan keprihatinan karena terkesan Boer tidak memahami secara benar soal mekanisme pasar karbon dan ruh awal Protokol Kyoto. "Perubahan iklim adalah masalah jangka panjang, bukan cuma soal bahan bakar fosil, tapi sepertinya Boer tidak memahami itu dengan berkata CDM tidak bisa dibiayai oleh perbankan karena proyek itu tidak berjangka panjang," katanya. Kekhawatiran kedua muncul atas komentar Boer yang menegaskan bahwa semua masalah yang ditimbulkan oleh proyek CDM akan diselesaikan oleh pasar karbon. Menurut Larry, komentar semacam itu hanya menunjukkan bahwa seorang Sekretariat UNFCCC bahkan tidak mengerti secara utuh konsep inti Protokol Kyoto - yang menginginkan reduksi emisi dari negara-negara maju yang menyebabkan perubahan iklim. Pria berkaca mata ini juga memperkirakan para delegasi dan peserta yang mengikuti sidang UNFCCC tidak benar-benar mengerti bahwa pasar karbon dan CDM adalah proses yang sangat rumit dan panjang periodenya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007