Hasil itu membuat Slingers unggul 2-1 atas CLS dalam rangkaian final yang menggunakan format best-of-five.
Slingers berpeluang untuk memastikan gelar juara dalam gim keempat yang akan digelar di GOR Kertajaya lagi pada Sabtu (11/5) mendatang.
Kegagalan memanfaatkan kesempatan lemparan bebas yang diperoleh menjadi salah satu pembeda dalam laga tersebut. CLS cuma bisa meraih enam angka dari 13 lemparan bebas, sedangkan Slingers mencetak sembilan poin dari 11 kesempatan.
Secara keseluruhan laga itu diwarnai kegagalan demi kegagalan tembakan. CLS cuma melesakkan 32 persen tembakan terbuka mereka, sedangkan Slingers 33 persen yang nyatanya jadi pembeda lain di laga tersebut.
Hasil itu menjadi kekalahan perdana CLS di kandang, Slingers merupakan tim terakhir yang menang di sana sebelum CLS melewati enam pertandingan tanpa kekalahan.
Pemain Bertahan Terbaik ABL musim ini John Fields sukses mengemas dwiganda 16 poin dan 14 rebound, diikuti Jerran Young yang mencetak 16 poin dan mengamankan sembilan rebound.
Sedangkan Pemain Impor Terbaik ABL, Xavier Alexander, berkontribusi merata lewat 11 poin, sembilan rebound dan delapan assist.
Di kubu tuan rumah, Maxie Esho membukukan dwiganda 19 poin dan 13 rebound diikuti 13 poin dari Brandon Jawato dan 12 poin serta tujuh assist milik Douglas Herring.
Sayangnya dua pemain impor lain CLS, Darryl Watkins dan Wong Wei Long, kembali tampil di bawah performa. Watkins cuma mencetak lima poin dan hanya berhasil mencetak satu dari sembilan percobaan tembakannya, demikian juga Wei Long yang cuma mencetak lima poin.
Sandy Kurniawan sempat menawarkan suntikan angka dari bangku cadangan, namun ia hanya berakhir dengan enam poin yang cuma diraihnya di paruh pertama laga.
Baca juga: Tiga hal pembeda Slingers atas CLS di gim kedua
CLS membuka laga dengan agresif dan memimpin 12-7 atas Slingers berkat tembakan tripoin Sandy, namun keunggulan itu terpangkas 16-17 saat kuarter pertama berakhir setelah tuan rumah kehilangan konsentrasi.
Memasuki kuarter kedua, CLS justru tampil gamang dan terlihat selalu lambat tiap kali berada dalam transisi dari bertahan ke menyerang ataupun sebaliknya. Hal itu sukses dimanfaatkan bukan saja untuk membalikkan keadaan, tetapi juga menjauh dalam keunggulan 25-17 ketika Young melesakkan sebuah layup pada sisa waktu tujuh menit 14 detik kuarter kedua.
Namun CLS berhasil menyamakan kedudukan 25-25 setelah memaksa Slingers melewatkan waktu hampir empat menit tanpa mencetak angka dan tembakan tripoin Brandon melesak pada sisa waktu tiga menit 52 detik.
Alexander lantas melesakkan tripoin yang dibalas layup Brandon demi menutup paruh pertama pertandingan dalam keadaan CLS tertinggal 27-28 dari Slingers.
CLS sempat bangkit dan berbalik unggul 47-42 pada sisa waktu 1 menit 51 detik kuarter ketiga lewat tembakan tripoin Brandon, namun keunggulan itu terhapuskan saat periode 10 menit ketiga itu berakhir dengan skor imbang 47-47.
Tuan rumah berada dalam posisi terjepit ketika Darryl Watkins melakukan pelanggaran keempat saat kuarter pertama belum genap berjalan semenit, sehingga pelatih Brian Rowsom menariknya keluar. Tanpa Watkins di bawah ring, Slinger leluasa mengamankan demi rebound meski mereka tak mampu mencetak banyak poin.
Setelah CLS berhasil mengejar ketertinggalan 51-56 menjadi 57-58 lewat tripoin Herring, layup Alexander berhasil membawa Slingers kembali unggul 60-57 pada sisa waktu 26 detik.
Usai meminta waktu tenggat, Esho berhasil menghempaskan sebuah dunk untuk memperkecil ketertinggalan 59-60 yang segera disambut timeout oleh Slingers.
Ironisnya, akurasi lemparan bebas menegaskan jadi aspek pembeda kedua tim. Brandon sempat memperoleh dua lemparan bebas dengan peluang untuk menyamakan kedudukan di sisa waktu tiga detik, namun hanya bisa mencetak satu angka dari situasi tersebut.
Brandon kemudian melanggar Young, yang melakukan hal terbalik, yakni melesakkan dua lemparan bebasnya demi memastikan kemenangan 63-60 bagi Slingers atas CLS.
Baca juga: Gagal tembus pertahanan Slingers, CLS terkapar di gim kedua
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019