Depok (ANTARA News) - Bagi mantan para mahasiswanya, meninggalnya mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Fuad Hasan, bukan hanya guru besar dalam bidang psikologi tapi juga guru bagi ilmu-ilmu lainnya. "Pengetahuannya yang luas tidak untuk sendiri, tapi diberikan juga kepada para mahasiswanya," kata Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia (UI), Dharmyati Utoyo Lubis, ketika dihubungi ANTARA News, di Depok, Jumat. Ia mengemukakan hal itu saat diminta tanggapan berkaitan dengan telah wafatnya Guru Besar UI tersebut pada Kepala Pusat Informasi dan Humas Depdiknas, Bambang Wasito di Jakarta, Jumat menjelaskan, mantan Mendikbud itu meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo(RSCM) karena menderita kanker stadium tiga. "Fuad Hasan meninggal pada pukul 15.40 WIB. Almarhum akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, besok (Sabtu, 8/12) dengan upacara militer," katanya. Menurut Dharmyati Utoyo Lubis, almarhum Fuad Hasan selalu mau berbagi ilmu apa saja yang dimilikinya. "Saya menganggap bukan sebagai dosen saja tapi juga sebagai bapak (orang tua)," kata Dharmayati yang pernah mendapat mata kuliah Filsafat dari Fuad Hasan, pada tahun 70-an. Ia mengatakan, banyak yang merasa kehilangan dengan kepergian selama-lamanya Fuad Hasan. "SMS dan telepon yang saya terima sebagai ungkapan rasa duka mencapai ratusan baik dari seluruh penjuru Indonesia maupun luar negeri," katanya. Ia menceritakan ketika ada mata kuliah yang cukup sulit dimengerti. "Tapi begitu beliau mengajar maka semuanya terasa mudah dimengerti. Cara penjelasannya yang mudah dicerna oleh para siswanya," katanya. Hubungan yang ada, kata dia, bukan hanya sebatas dosen dan mahasiswa saja, tapi juga sebagai orang tua dan anaknya. "Walaupun sudah tidak mendapat mata kuliah yang diajar beliau hubungan kami tetap dekat," katanya. Dijelaskannya bahwa ia terakhir bertemu Fuad Hasan dua bulan yang lalu dirumahnya. Ketika itu Fuad Hasan sudah sulit untuk berbicara karena sakit kanker paru-paru. "Meskipun begitu beliau masih mau menerima saya," katanya. Pesan yang selalu ingat dari almarhum adalah bahwa psikologi merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan masyarakat, sehingga diperlukan riset bagi penyerapan ilmu tersebut. "Selalu lakukan riset untuk membantu masyarakat," katanya. Untuk saat ini, kata Dharmayati, sulit menemukan pengganti dari Fuad Hasan. "Sampai saat ini saya belum menemukan penggantinya," katanya. Mantan mahasiswa yang lainnya, Farida Haryoko juga mengatakan hal yang sama, bahwa Fuad Hasan mempunyai cara mengajar yang mudah dicerna, sehingga pelajaran yang sulit jadi mudah. "Cara memandang sesuatu yang luas dengan filosofis dan diselingi humor, merupakan cara mengajar beliau yang disukai," kata dosen psikologi UI tersebut. Yang perlu dicontoh dari almarhum, katanya, adalah cara mengkritik seseorang dengan humor, sehingga orang yang dikritiknya tidak merasa tersinggung.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007