"Saya mulai buka kios pada hari ketiga Ramadhan, namun belum ada parsel yang terjual," kata Ujang Marna, seorang pedagang sekaligus perajin parsel atau bingkisan di kawasan Cikini, Rabu.
Ia mengatakan pembuatan paket bingkisan dimulai dari pengerjaan tempat parsel yang terbuat dari kardus dan keranjang, kemudian dihias dengan beragam motif.
Untuk satu tempat parsel dapat diselesaikan dalam jangka waktu satu jam. Namun jika model parsel sedikit lebih rumit, Ujang membutuhkan waktu lebih lama.
Sementara untuk isi parsel, dia mengatakan ada yang berisi makanan, minuman, pecah belah dan sebagainya.
Jika bercermin pada tahun-tahun sebelumnya, kata dia, terdapat pula pelanggan yang menyediakan isi parselnya sendiri dan hanya membayar upah jasa pembuatan tempat parsel. Tempat paket parsel umumnya terbuat dari anyaman bambu atau rotan.
"Tahun lalu terjual sekitar 300 parsel. Saya harap tahun ini juga bisa sama atau malah meningkat," ujarnya yang telah berjualan parsel lebaran sejak 1985.
Terkait harga parsel, dia menyebutkan tarifnya bervariasi tergantung isi. Untuk parsel makanan biasa dijual seharga Rp500.000, sementara parsel berisi pecah belah dijual Rp1 juta hingga Rp2 juta.
Pelanggannya pun tidak hanya dari Kota Jakarta, melainkan terdapat pesanan dari daerah lain di antaranya Serang dan Lampung.
"Biasanya di kawasan ini ramai menjelang lebaran, bahkan ada sekitar 65 hingga 68 pedagang parsel. Jadi pilihan pelanggan juga bervariasi," kata dia.
Pedagang parsel lainnya yang juga mulai buka pada hari ketiga Ramadhan di kawasan Cikini, Kiki mengatakan, biasanya pelanggan akan ramai saat pertengahan Ramadhan hingga Idul Fitri.
Untuk paket parsel buatannya, Kiki menjual seharga Rp150.000 hingga Rp800.000 per parsel. Harga itu disesuaikan dengan isi parsel seperti makanan, pakaian, keramik atau alat pecah belah.
"Pada 2018 terjual sekitar 1.000 parsel dengan pembeli merupakan kalangan menengah ke bawah," ujar dia.
Pewarta: Sri Muryono dan Muhammad Zulfikar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019