Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak negara-negara di dunia untuk bersama-sama melakukan gerakan global (global act) untuk mencegah dan mengatasi penyakit HIV/AIDS. "Memang diperlukan gerakan nasional dan gerakan sedunia. Saya tentu ingin mengajak bersama-sama negara sahabat dan organisasi internasional. Perlu `global act` untuk menanggulangi masalah HIV/AIDS," katanya pada acara puncak peringatan Hari AIDS Sedunia 2007 di Istana Negara, Jakarta, Jumat. Presiden mengajak untuk melakukan berbagai langkah nyata secara intensif dan habis-habisan (all out) untuk bisa mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDG) yakni mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015. Untuk itu, kata Presiden yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono, diperlukan kerjasama internasional di samping juga upaya nasional masing-masing negara. Terkait gerakan nasional penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, Presiden mengharapkan gerakan tersebut dimaknai pula sebagai gerakan sosial keagamaan sehingga peran peran tokoh keagamaan, keluarga, dan lembaga pendidikan sangat diperlukan. Dengan segala keterbatasan, katanya, pemerintah ingin terus mengintensifkan langkah penggulangan AIDS. "Saya ingin keterpaduan, sinergi, dan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan derah. Gubernur, bupati, walikota, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) agar lebih intensif melakukan tugasnya," katanya. Presiden jmeminta dunia usaha dunia usaha untuk menyisihkan sebagian keuntungan perusahaannya untuk ikut membantu mengatasi penyakit yang belum ada obatnya tersebut. "Gerakan ini tidak boleh hanya sekali-sekali atau setengah-setengah. ini harus berlanjut dan `all out`," tegasnya. Kepala Negara juga menginstruksikan Menko Kesra Aburizal Bakrie sebagai Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional untuk mengintensifkan langkah-langkah penanggulangan AIDS secara nasional. "Semua, mulai jajaran KPA beserta para gubernur, bupati, walikota juga harus lebih intensif, dan lebih ekstensif dalam penanggulangan HIV/AIDS. Perusahaan multinasonal juga saya serukan untuk berkontribusi," katanya. Dalam kesempatan tersebut, Presiden sempat berdialog dengan beberapa penderita penyakit HIV/AIDS, sementara Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono dikukuhkan sebagai Duta AIDS Indonesia. Sementara itu, Menko Kesra Aburizal Bakrie selaku Ketua KPA Nasional meminta dukungan Presiden yang lebih besar termasuk mendorong peningkatan alokasi dana APBN maupun APBD untuk memperluas wilayah upaya penanggulangan AIDS yang lebih efektif. Menurut dia, sebagian besar dana penanggulangan AIDS di Indonesia berasal dari bantuan luar negeri. Walaupun jauh dari cukup, namun pemerintah menghargai upaya pemda menaikkan anggaran APBD provinsi di 23 provinsi dari Rp4 miliar tahun 2004 menjadi Rp57 miliar tahun 2007. Demikian pula pemda kabupaten/kota telah meningkatkan APBD untuk penanggulangan AIDS dari Rp3,5 miliar tahun 2005 (dari 43 kabupaten/ kota) menjadi Rp19 miliar tahun 2007 (dari 86 kabupaten/kota). UNAIDS memperkirakan pada tahun 2007 terdapat 33,2 juta orang hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA). Indonesia tercatat sebagai negara yang termasuk negara dengan perkembangan epidemi AIDS yang paling cepat di Asia. Sampai akhir September 2007 di Indonesia, kata Aburizal, Depkes melaporkan secara kumulatif 16.283 orang hidup dengan HIV dan AIDS, 10.384 orang AIDS dan sebanyak 5.904 orang dilaporkan masih dalam stadium HIV. Saat ini tercatat Indonesia sudah memiliki layanan dasar HIV berupa 296 klinik VCT, 153 rumah sakit yang memberi layanan ART, 20 jaringan rujukan rawat ODHA, 19 rumah sakit yang memberi layanan PMTCT, empat rumah sakit pengampu serta 10 puskesmas yang memberi terapi Rumatan Metadon. "Walaupun angka-angka itu menunjukkan kemajuan yang menggembirakan, namun secara persentase yang terjangkau masih 4 persen dari 43 persen. Masih jauh di bawah target untuk dapat mengubah jalannya epidemi," kata Aburizal.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007