"Mengenai data dan lain sebagainya memang pada waktu itu Pak Prabowo mendeklarasikan kemenangan atas basis C1 yang sudah terkumpul pada waktu itu sekitar 30-an persen," jelas Anggawira dihubungi di Jakarta, Rabu.
Jumlah penghitungan, kata Anggawira, terus bergerak dan menjadi landasan serta referensi bagi Badan Pemenangan Nasional selanjutnya.
Terkait dengan cuitan politikus Partai Demokrat Andi Arief soal adanya pembisik atas deklarasi kemenangan oleh Prabowo Subianto dengan jumlah persentase 62 persen, Anggawira menyatakan bahwa Andi Arief bukan bagian dari BPN Prabowo-Sandi.
"Beliau hanya sebagai bagian dari Partai Demokrat yang mungkin tidak up to date. Kita tidak tahu yang dimaksud 'setan gundul' itu apa," jelas Anggawira.
Sebelumnya, Andi Arief dalam akun Twitternya menyebut ada pihak yang berperan menjadi pembisik Prabowo atas deklarasi kemenangan 62 persen suara.
Politikus Demokrat lainnya, Ferdinand Hutahaean, menyatakan cuitan Andi Arief itu membandingkan deklarasi kemenangan Prabowo dengan kemenangan presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono pada Pilpres 2009.
Pada Pilpres 2009, SBY menang telak di berbagai wilayah namun hanya meraih suara 60 persen atau lebih rendah daripada persentase yang dideklarasikan Prabowo.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019