Jakarta (ANTARA) - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi menilai Prabowo Subianto sudah tidak percaya pada institusi nasional dan lebih percaya pada institusi asing.
Hal itu ditunjukkan dengan sikap Prabowo yang terus melontarkan tudingan miring kepada penyelenggara pemilu. Akan tetapi, di sisi lain "curhat" kepada perwakilan kedutaan besar negara sahabat dan wartawan asing.
"Sudah menuding KPU yang tidak-tidak, sekarang wartawan nasional pun dilarang meliput. Ini 'kan seperti sudah tidak percaya institusi nasional, dan lebih percaya asing dalam menyelesaikan persoalan dalam negeri," kata Ari Junaedi di Jakarta, Rabu.
Komentar Ari ini terkait dengan pertemuan Prabowo dengan perwakilan kedutaan besar negara sahabat dan wartawan asing di kediamannya, Jalan Kertanegara IV, Jakarta, Senin (6/5) malam. Dalam pertemuan yang melarang kehadiran wartawan nasional itu, Prabowo menuding banyak kecurangan pemilu di Indonesia.
Ari mengatakan bahwa sikap Prabowo yang cenderung lebih percaya pihak asing ini kontradiktif dengan apa yang selama ini dikampanyekan ke publik.
"Prabowo selama kampanye 'kan mendaku seolah-olah dia paling nasionalis, dan bahkan sambil menggebrak-gebrak meja menuding banyak pihak sebagai antek asing," ujar Ari.
Pengajar di sejumlah kampus ternama ini menilai manuver politik Prabowo usai pencoblosan 17 April 2019 terkesan sudah membabi buta dan melawan arus utama.
Ari menilai Prabowo telah terjebak dalam keinginan sejumlah elite politik yang sejak awal menskenariokan dirinya pasti menang di Pilpres 2019.
"Elite di lingkar politik terdekat Prabowo inilah yang ditengarai politikus Demokrat Andi Arief sebagai genderuwo yang ikut bertanggung jawab terhadap informasi sesat kemenangan 62 persen bagi pasangan 01," ujar Ari.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019