Ikee sukses meraih enam emas di Asian Games tahun lalu dan menyabet dua perak nomor estafet sehingga dia dinobatkan sebagai atlet wanita pertama yang menjadi atlet terbaik di Asian Games, demikian dilansir dari Reuters, Rabu.
Prestasinya di kolam renang Jakarta itu kemudian mendorongnya ke panggung dunia dan Ikee diperkirakan memimpin generasi baru perenang Jepang di Olimpiade Tokyo tahun depan.
Ketika mengumumkan diagnosisnya, Ikee yang masih berusia 18 tahun itu mengatakan bahwa dirinya "tidak percaya" dan sejak itu dia berkonsentrasi dengan pengobatan, meskipun tidak ada rincian tentang jenis penyakitnya yang dirilis.
Pada bulan Maret, dia berkata di akun Twitternya: "Ini menjadi puluhan kali, ratusan kali, ribuan kali lebih sulit daripada yang saya kira. Saya sudah berkali-kali tidak makan selama tiga hari atau lebih, tapi saya tidak akan menyerah. "
Pada Rabu, lewat situs web yang baru diluncurkannya, Ikee berterima kasih kepada penggemar atas berbagai pesan dukungan mereka dan mengatakan perawatannya berjalan dengan lancar, meski kadang-kadang keadaan menjadi sulit.
"Ini akan menjadi perawatan yang lama, tetapi saya memikirkan apa yang ingin saya lakukan ketika saya keluar dan tetap positif," katanya, seraya menambahkan bahwa dia menghabiskan waktunya itu dengan mengerjakan teka-teki, menonton film dan hal-hal lain yang biasanya dia lakukan.
"Sejujurnya, kadang-kadang terasa seolah hati ini hancur, tetapi semua hal yang orang-orang katakan telah membantu menghibur dan membangun semangat bahwa saya ingin terus berjuang dan tidak akan menyerah."
Pelatih Ikee menyebut masih ada harapan dia bersaing di Olimpiade Tokyo 2020 yang dimulai pada akhir Juli 2020, tetapi kemungkinan dia akan absen dalam kejuaraan dunia renang di Gwangju pada bulan Juli.
Pewarta: Junaydi Suswanto
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019