Banjarmasin (ANTARA) - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan akan menghidupkan kembali budaya pembangunan rumah lanting yaitu rumah rakit tradisional suku Banjar dengan pondasi rakit mengapung di sungai terdiri dari susunan batang pohon kayu yang besar.
Ketua Tim Peneliti dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin Ira Mentayani di Banjarmasin Rabu mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan penelitian terkait rencana pengembangan rumah yang mengapung di sungai untuk mendukung pengembangan pariwisata sungai Kota Banjarmasin.
Menurut dia, penelitian dilakukan dari beberapa aspek, seperti aspek sejarahnya, arsitektur dan sosial dengan melibatkan beberapa responden dari berbagai unsur terkait.
Penelitian, antara lain dilaksanakan di Desa Seberang Masjid, Pasar Lama, atau kawasan Mantuil dan beberapa kawasan lainnya, yang hingga kini masih terdapat rumah lanting.
Dia mengatakan urgensi "rumah lanting" untuk segera diteliti dan kembali dihidupkan merupakan bagian dari aset arsitektur "vernaculer" Kota Banjarmasin.
Gaya arsitektur berdasarkan wikipedia adalah, arsitektur yang dirancang berdasarkan kebutuhan lokal, ketersediaan bahan bangunan, dan mencerminkan tradisi lokal.
Definisi luas dari arsitektur vernakular adalah teori arsitektur yang mempelajari struktur yang dibuat oleh masyarakat lokal tanpa intervensi dari arsitek profesional.
Upaya pengembangan rumah lanting ini, merupakan upaya strategis pengembangan desain dan kebijakan yang akan ditempuh Pemkot Banjarmasin.
Rumah lanting, menurut dia, sebagai bagian dari komponen kearifan lokal permukiman tepian sungai di Kota Banjarmasin, sehingga keberadaannya akan melengkapi rencana pengembangan wisata sungai Banjarmasin.
Menurut Ira, rumah lanting yang ada sekarang berasal dari dua kebudayaan masyarakat hulu sungai dan masyarakat hulu sungai Barito .
Rumah lanting berasal dari hulu sungai Kalsel, merupakan rumah yang dimanfaatkan untuk tempat usaha, yang kemudian dihilirkan dari bagian hulu sungai hingga ke Banjarmasin.
Sedangkan rumah lanting dari hulu Barito, biasanya dibangun pemiliknya secara bertahap, saat menyusuri sungai.
Pemilik rumah lanting jenis hulu Barito, memiliki kebiasaan sebagai perantau dengan menyusuri sungai.
Awalnya, rumah tersebut hanya berupa lanting, untuk mengantarkan pemilinya dari daerah asal, ke berbagai daerah yang dituju.
Dalam perjalanan, lanting tersebut kemudian ditambah dengan berbagai komponen hingga terbangun rumah lanting tersebut.
Menurut Ira, hasil kajian tersebut nantinya bisa menjadi rujukan oleh Pemkot dalam upaya adanya rencana pengembangan rumah lanting untuk kepariwisataan.
Yang paling mendesak adanya rencana pembangunan rumah lanting yang akan dilakukan oleh Kecamatan Banjarmasin Selatan di kawasan Pulau Bromo.
Sebelumnya, untuk mengembangkan kembali rumah lanting Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin melalui Badan Perencanaan dan Penelitian Pembangunan Daerah (Barenlitbangda) menggandeng ULM untuk melakukan kajian.
Pewarta: Ulul Maskuriah
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019