Quetta, Pakistan (ANTARA News) - Bom terkendali jarak jauh, yang dipasang di tepi jalan, membunuh seorang tentara dan melukai empat orang lain pada Kamis di propinsi kaya gas Baluchistan, Pakistan barat daya, kata pejabat setempat. Serangan itu terjadi di Dera Bugti, daerah pusat pemberontakan berdarah suku, saat tentara tersebut berkendaraan di wilayah itu, kata petugas keamanan. "Itu bom terkendali jarak jauh, yang ditanam di jalan oleh pejuang, yang meledak dan membunuh seorang tentara dan melukai empat orang lain," katanya kepada kantor berita Prancis (AFP). Baluchistan dilanda pemberontakan tiga tahun, yang dilancarkan suku Baluch, yang menginginkan hak lebih dalam politik dan keuntungan lebih besar dari sumber alam daerah gurun pasir tersebut. Tentara Pakistan membunuh pemimpin utama gerakan pemberontak Baluchistan, kepala suku Nawab Akbar Bugti, dalam penggerebekan pada tempat persembunyian guanya pada Agustus 2006. Tanah leluhur pemimpin pemberontak itu terletak di Dera Bugti. Ratusan orang tewas akibat kekerasan di propinsi tersebut sejak pemberontakan berkobar pada ahir 2004, tapi pertumpahan darah berlanjut sejak kematian Bugti. Seorang wanita pembom jibaku meledakkan diri di dekat pos pemeriksaan tentara di kota Peshawar, Pakistan baratlaut, Selasa, tapi tidak menimbulkan korban, kata polisi. Pakistan mengalami gelombang serangan jibaku, yang dinyatakan dilakukan gerilyawan di tengah kekerasan meningkat dalam beberapa bulan belakangan, tapi serangan di Peshawar adalah yang pertama melibatkan wanita pembom. "Ia membawa keranjang di kepalanya. Ia meledakkan diri ketika mendekati pos pemeriksaan itu," kata Tanvir Haq Sipra, kepala polisi Peshawar. Daerah adat Pakistan di sepanjang perbatasan dengan Afganistan telah lama dianggap tempat perlindungan gerilyawan Alqaida dan Taliban, yang melarikan diri dari pasukan pimpinan Amerika Serikat, yang mengejar mereka di Afganistan menyusul serangan 11 September 2001 terhadap negara adidaya tersebut. Namun, dalam beberapa bulan terahir, gerilyawan memperluas kegiatan mereka ke pusat kota di bagian baratlaut negara itu, termasuk Peshawar. Sementara itu, tersangka gerilaywan hari Senin menculik enam polisi setelah meledakkan sebuah pos pemeriksaan di daerah adat Bajaur, dekat perbatasan dengan Afganistan. Tidak seorang pun menyatakan bertanggungjawab atas kejadian tersebut, tapi pejabat itu memperkirakan gerilyawan setempat, yang memunyai hubungan dengan Alqaida dan Taliban, terlibat. Kelompok bersenjata pekan lalu mengadang iringan paramiliter di daerah bergolak Baluchistan, menewaskan tiga tentara dan melukai lima lagi, kata pejabat. Serangan itu terjadi di wilayah Panjgoor, yang berbatasan dengan Iran, daerah tempat suku pemberontak dan penjahat bergiat, kata komandan paramiliter kepada AFP. Pejuang pembela Taliban dicurigai menjadi pelaku menyerangan tentara di wilayah bergolak itu. Pejabat Amerika Serikat menyatakan kaum keras Alqaida dan Taliban, yang menyusup ke sabuk suku Pakistan setelah pemerintahan Taliban di Afganistan jatuh pada ahir tahun 2001, menyusun kekuatan kembali di Waziristan Utara. Pakistan, sekutu penting Amerika Serikat dalam "perang melawan teror" dan saat ini berada dalam keadaan darurat, mengirimkan 90.000 tentaranya ke kawasan suku itu, namun gagal membendung pemberontakan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007