Bondowoso (ANTARA News) - Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) HM Lukman Edy kecewa saat melakukan kunjungan kerja ke Desa Baratan, Kecamatan Binakal, salah satu desa di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Kamis, yang diproyeksikan sebagai desa mandiri energi. Lukman Edy kecewa setelah menemukan kenyataan minyak hasil olahan biji jarak dari mesin yang ada di desa itu belum bisa langsung dimanfaatkan sebagai bahan bakar sebelum dicampur dengan bahan bakar lain. Misalnya untuk bisa digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, minyak jarak tersebut harus dicampur solar dengan perbandingan 25 persen minyak jarak dan 75 persen solar. Pihak PT Pura selaku produsen mesin tersebut menjelaskan, minyak jarak keluaran mesin yang ada di desa itu memang kekentalannya masih tinggi. Untuk bisa langsung dipakai harus ada alat konverter untuk menjadikan minyak mencapai keenceran yang diinginkan. Mendengar penjelasan itu Lukman Edy menegaskan, mesin yang diperbantukan bagi masyarakat untuk menghasilkan bahan bakar minyak jarak harus sudah komplit sehingga tidak membebani masyarakat. "Prinsipnya minyak hasil olahan dari biji jarak ini sudah harus siap pakai," katanya. Lebih lanjut Lukman Edy menyatakan bahwa sudah menjadi kebijakan pemerintah untuk menjadikan minyak jarak sebagai sumber energi alternatif guna mengurangi pemakaian energi dari sumber yang berasal dari fosil yang tak terbaharukan. Selain ramah lingkungan, dengan menggunakan energi alternatif nantinya pengeluaran subsidi bagi bahan bakar juga bisa lebih ditekan. Kementerian PDT sendiri telah menyalurkan bantuan berupa bibit pohon jarak pagar kepada sejumlah kelompok tani di daerah tertinggal dan berbagai bantuan penunjang lainnya dalam kerangka program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007