Jayapura (ANTARA) -
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua menyatakan turunnya produksi tambang PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika menyebabkan pertumbuhan ekonomi Bumi Cenderawasih berkontraksi sebesar minus 20,13 persen pada triwulan pertama 2019 jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Papua Eko Mardiana, di Jayapura, Selasa, mengatakan kontraksi pertumbuhan ini disebabkan terutama karena lapangan usaha pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi cukup dalam hingga minus 51,52 persen akibat turunnya produksi tambang Freeport.
"Produksi bijih logam PT Freeport pada triwulan pertama mengalami penurunan produksi diakibatkan masa transisi penambangan dari tambang terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC)," katanya.
Menurut Eko, diperkirakan selama 2019 produksi bijih logam PT Freeport akan mengalami penurunan dibandingkan pada 2018.
"Sedangkan ekonomi Papua triwulan pertama terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar minus 13,64 persen," ujarnya.
Dia menjelaskan aktifitas ekonomi pada triwulan pertama 2019 yang tidak sepadat triwulan keempat 2018 menyebabkan hampir seluruh lapangan usaha mengalami pertumbuhan negatif pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian merupakan kategori berkontraksi paling dalam yaitu sebesar minus 25,04 persen.
"Pada triwulan pertama 2019 ini, struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Papua menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tidak menunjukkan perubahan yang berarti," katanya lagi.
Dia menambahkan PDRB per kapita pada triwulan pertama 2019 mencapai Rp12,95 juta, sementara PDRB tanpa pertambangan dan penggalian sebesar Rp10,05 juta.*
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi Papua negatif, dampak penurunan produksi Freeport
Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019