Semarang (ANTARA News) - Direktur Kerja Sama Amerika dan Eropa Departemen Luar Negeri, Dian Wirengjurit, mengatakan Indonesia diakui unggul dalam hal penanganan terorisme. Dian di sela-sela "Seminar On Counter-Terrorism: Lessons Learned" yang digelar di kampus "Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation" (JCLEC) Akpol Semarang, Jateng, Kamis, mengemukan organisasi Kerjasama Ekonomi Pasifik (APEC) mengakui Indonesia memainkan "leading role" dalam dalam bidang antiterorisme di Asia Pasifik. Kemudian, kata dia, kerja sama dengan Uni-Eropa dalam kerangka ASEM (Asian Europe Meeting), misalnya, mereka juga mengakui Indonesia unggul dalam bidang ini. "Mereka lihat kesungguhan kita, lepas dari segala kekurangannya, mereka akui kesungguhan kita dalam memerangi terorisme bisa dilihat hasilnya. Mungkin bisa saya katakan, kita paling maju dalam bidang ini," katanya. Dengan pengalaman yang banyak, menurut dia, Indonesia paling maju dalam bidang ini. Selama dekade belakangan ini fokus kerja sama adalah ekonomi karena semua negara sedang membangun ekonominya, tetapi dengan adanya kejadian 2002, yaitu Bom Bali I, negara-negara mulai berpikiran lain, tambahnya. Mereka, menurut dia, ada bidang lain yang selama ini luput dari perhatian dan ternyata bisa mengancam keselamatan, keamanan, dan ketentraman negara-negara itu, yaitu ancaman terorisme. Sejak saat itu, katanya, muncul gelombang baru terorisme dan Indonesia merupakan salah satu korban. Sebagai negara yang paling banyak mengalami terorisme dan sebenarnya bukan dewasa ini tetapi mulai sejak kemerdekaan pun sudah mengalami. "Kita punya pengalaman lengkap. Kalau kita bicara soal kerja ama ekonomi lagi, kerja sama keuangan lagi, sudah banyak forum yang mewadahi, tetapi masalah terorisme belum banyak," katanya. Sementara kawasan Amerika Latin, kata dia, bisa dikatakan sebagai kawasan yang selama ini belum terdengar ada ancaman terorisme seperti yang dialami Asia dan Eropa. "Mereka menginginkan hal itu tidak terjadi dan kalau terjadi, mereka harus tahu menanganinya berdasarkan pengalaman negara lain. Ketika gagasan ini disampaikan Menlu pada pertemuan tingkat menteri di Brasil, keinginan mereka sangat besar," katanya. Ketika ditanya apakah Indonesia akan menggiring forum ini (FEALAC atau Forum for East Asia and Latin America Cooperation) fokus untuk pada kegiatan antiterorisme, dia mengatakan tidak karena FEALAC memiliki tiga pilar yang harus dikembangkan secara bersama-sama. Kalau pilar ekonomi negara China, Jepang, Thailand (dari Asia), Meksiko (dari Amerika Latin) ingin mengembangkan ekonomi, FEALAC harus melihat potensi di bidang lain, seperti politik, sosial-budaya atau pengetahuan karena pihaknya tidak ingin menambah kegiatan di bidang lain walaupun tidak ingin mengabaikannya. Ia mencotohkan, pada minggu lalu, Deplu menggelar seminar tentang Usaha Kecil Menengah di Bandung, artinya semua bidang harus diprogramkan secara paralel, tidak hanya terorisme. Saat disampaikan bahwa FEALAC fokus pada kerjasama terorisme, dia mengatakan, tidak karena kerja sama yang dilakukan adalah di semua bidang politik, ekonomi, dan sosial-budaya. "Antiterorisme ini merupakan salah satu yang ingin kita kembangkan di bawah payung kerja sama politik," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007