Nusa Dua (ANTARA News) - Sekitar 200 pakar iklim dari 20 negara di dunia saat meluncurkan Deklarasi Bali 2007 tentang Iklim, di Nusa Dua, Kamis, mendesak para perunding di Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) agar mencapai kesepakatan memangkas emisi gas rumah kaca global 50 persen dari data tahun 1990 pada tahun 2050.
Dari naskah deklarasi yang dikutip ANTARA, para ahli iklim menekankan dalam jangka panjang konsentrasi gas rumah kaca perlu distabilkan pada tingkat aman di bawah 450 ppm (bagian per juta, diukur dalam konsentrasi setara CO2).
Dituliskan pula dalam deklarasi itu, jumlah konsentrasi karbon dioksida di atmosfir kita sekarang ini telah jauh melampaui batas konsentrasi alaminya sejak 650,000 tahun yang silam, dan sekarang ini meningkat sangat cepat karena kegiatan manusia.
Bila kecenderungan ini tidak segera dihentikan, jutaan manusia akan terancam peristiwa-peristiwa ekstrim seperti gelombang panas, kemarau panjang, banjir dan badai, daerah pesisir dan kota-kota kita akan terancam oleh naiknya permukaan laut, dan banyak ekosistem, spesies tanaman dan hewan akan menghadapi bahaya kepunahan yang serius.
Ketika ditanya tentang usulan apa yang para ilmuwan miliki untuk sidang UNFCCC di Bali, salah seorang menandatangan deklarasi Prof Richard Sommerville dari Amerika Serikat menyatakan, pihaknya tidak memiliki saran negosiasi, tapi mereka minta agar hasil konferensi ini jelas menuju pencegahan kenaikan suhu global.
"Kalaupun semua pihak menandatangani Protokol Kyoto dan tidak mencuranginya, masih tetap dibutuhkan reduksi emisi yang drastis pada masa mendatang," tambah Richard.
Para ilmuwan meyakini tidak ada solusi "ces-pleng" untuk mengatasi masalah perubahan iklim, tapi tetap saja semua pihak harus memegang komitmen melakukan reduksi emisi secara signifikan. (*)
Copyright © ANTARA 2007