Jakarta (ANTARA News) - Pengusaha dari kawasan Timur Tengah menaruh minat besar untuk menanam modal di Indonesia, tanpa ada agenda tersembunyi di belakangnya, kata Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) M. Riawan Amin, di Jakarta, Kamis. "Dengan dana yang cukup besar, mereka meninggalkan Amerika Serikat dan Uni Eropa dan mau masuk ke Asia, termasuk ke Indonesia, untuk berbisnis tanpa ada kaitan dengan politik," kata Riawan kepada ANTARA. Dikatakannya, peluang itu yang seharusnya dapat ditangkap karena Indonesia sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia memiliki akar budaya sama. Riawan mengaku tak mempunyai angka persis soal besarnya dana tersebut. Namun, sebagai illustrasi, ia mengatakan bahwa Bank Pembangunan Islam (IDB) menyediakan dana untuk program penghapusan kemiskinan atau zakat saja senilai 10 miliar dolar AS. IDB adalah salah satu pemegang saham di Bank Muamalat Indonesia (BMI). Menurut dia, niat mereka masuk belum dapat segera terwujud karena berbagai kendala, seperti ancaman pajak berganda, tingkat korupsi yang masih tinggi dan ketiadaan UU Sukuk di Indonesia. "Pekerjaan rumah kita di dalam negeri masih banyak untuk bisa menghadirkan mereka. Selain itu, perbankan syariah belum jadi agenda nasional," kata Riawan yang juga direktur utama BMI. Karena itu, katanya, Indonesia harus segera membenahi diri dengan menciptakan iklim yang kondusif untuk menarik mereka jika tak mau kehilangan peluang. Sejumlah negara di Asia seperti Malaysia, Singapura dan Hong Kong menjadi pesaing Indonesia untuk menarik dana dari kawasan Timur Tengah. Singapura dan Hong Kong yang latar belakang budaya berbeda dengan Timur Tengah bertekad menjadi pusat finansial syariah. Malaysia menawarkan pengusaha dari Timur Tengah dengan berbagai kemudahan menarik seperti "tax haven". Hingga kini dana yang diinvestasikan di Indonesia dari Timur Tengah umunya masih melalui tangan ketiga, seperti Singapura. Riawan mengatakan kehadiran BMI diharapkan dapat menghilangkan keraguan pengusaha dari Timur Tengah tentang potensi dan prospek bisnis di Indonesia. Nasabah bank ini meningkat dari 1,2 juta tahun 2006 menjadi 1,7 juta hingga Oktober 2007. Hal ini sejalan dengan peningkatan simpanan masyarakat yang meningkat dari Rp6,8 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp8,2 trilun pada Oktober 2007. (*)
Copyright © ANTARA 2007