Pos yang akan dicermati oleh pelaku pasar adalah transaksi berjalan yang mencerminkan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Jika defisitnya semakin dalam, maka kemungkinan rupiah akan rentan melemah karena tidak punya fondasi yang kuat
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore bergerak menguat didorong meredanya sentimen perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang sempat kembali memanas akibat ancaman Trump.
Rupiah menguat 18 poin atau 0,12 persen menjadi Rp14.280 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.298 per dolar AS.
"China mengatakan pada hari Selasa bahwa Wakil Perdana Menteri Liu He akan melakukan perjalanan ke AS untuk berpartisipasi dalam pembicaraan yang dijadwalkan minggu ini." kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta.
Sebelumnya, Trump mengancam akan menaikkan tarif atas barang asal China senilai 200 miliar dolar AS pekan ini menjadi 325 miliar dolar AS dengan tarif 25 persen jika perjanjian perdagangan tidak tercapai dalam waktu tertentu.
Pelaku pasar sempat khawatir China akan merespons dengan mempertimbangkan menunda perjalanan oleh para negosiator perdagangan utamanya ke Washington pekan ini menyusul ancaman Trump tersebut.
Dari internal, investor kembali percaya diri dengan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 yang 5,07 persen (tahun ke tahun/yoy), lebih rendah ketimbang konsensus pasar yaitu 5,19 persen, tetapi ekonomi Indonesia di kuartal I dinilai masih akan solid karena masih di atas 5 persen.
Kini pasar memilih menunggu sembari menanti data penting lain yang akan dirilis akhir pekan ini, yaitu Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Investor akan melihat bagaimana posisi keseimbangan eksternal Indonesia, masih rapuh atau sudah ada perbaikan.
"Pos yang akan dicermati oleh pelaku pasar adalah transaksi berjalan yang mencerminkan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Jika defisitnya semakin dalam, maka kemungkinan rupiah akan rentan melemah karena tidak punya fondasi yang kuat," ujar Ibrahim.
Kemudian, rilis data penjualan ritel Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel pada Maret melesat 10,7 persen (yoy), pencapaian terbaik sejak Desember 2016. Data ini memberi gambaran bahwa konsumsi rumah tangga masih kuat.
Pertumbuhan penjualan ritel sangat mungkin lebih tinggi lagi pada bulan-bulan selanjutnya, didorong oleh momentum Ramadhan-Idul Fitri yang merupakan puncak konsumsi masyarakat.
"Artinya, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan bakal cerah. Sebab, konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 60 persen dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional," kata Ibrahim.
Rupiah pada Selasa pagi dibuka menguat Rp14.293 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.268 per dolar AS hingga Rp14.311 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.309 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.308 per dolar AS.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019