Para polisi ditugaskan untuk memberikan rasa aman kepada umat Muslim yang beribadah, terutama pada bulan suci Ramadhan di mana diperkirakan jumlah umat Muslim yang mendatangi masjid semakin bertambah.
"Tetapi cara mereka menjaga juga tidak berlebihan. Jangankan di kota-kota lain, di Christchurch pun tempat teror pernah terjadi kehadiran polisi tidak terlalu terlihat, tetapi kota itu well guarded," kata Tantowi di sela-sela press briefing mengenai penyelenggaraan pameran bisnis Pacific Exposition di kantor Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Selasa.
Menurut Tantowi, dunia perlu belajar dari Selandia Baru dalam penanganan krisis yang begitu besar dan tidak diperkirakan sebelumnya.
Warga Selandia Baru, yang selama ini dikenal sangat toleran dan damai, tidak pernah membayangkan serangan terhadap umat agama tertentu bisa terjadi.
"Tetapi nyatanya mereka bisa menangani krisis dengan baik. Kurang dari satu minggu segala sesuatu di Christchurch bisa saya sebut kembali normal. Masyarakat sudah bekerja dan beraktivitas kembali, rasa takut itu tidak ada," kata Tantowi.
Hal tersebut sesuai dengan semangat yang ditanamkan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern agar masyarakat negaranya bersatu menghadapi krisis tanpa rasa takut.
"Seluruh umat beragama di Selandia Baru bersatu padu membela umat Islam, dan teror tersebut justru menjadi momentum untuk memperkuat kerukunan umat beragama," tutur Tantowi.
Selain itu, pemerintah Selandia Baru tidak memberikan ruang publikasi bagi pelaku teror dengan tidak menyebut nama pria asal Australia tersebut. Kebijakan ini juga diikuti oleh media Selandia Baru.
"Itu dua hal yang menurut saya sangat-sangat brilian dalam konteks penanganan tindakan terorisme. Padahal negara ini tidak pernah dites oleh hal-hal seperti ini," kata Tantowi.
Penembakan yang dilakukan di dua masjid di Kota Christchurch, 15 Maret 2019, mengakibatkan 51 korban meninggal dunia termasuk diantaranya seorang WNI yang telah lama menetap di Selandia Baru.
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019