Tokyo (ANTARA News) - Satu tim parlemen Jepang pada Rabu mendesak Amerika Serikat (AS) untuk tidak mencoret Korea Utara (Korut) dari daftar hitam terorismenya sebagai kemungkinan hadiah kepada Pyongynag karena membongkar fasilitas-fasilitas nuklirnya. Tokyo menginginkan Washington menunggu sampai Korut menyelesaikan masalah penculikan terhadap paling tidak 12 warga Jepang tahun 1970-an dan 1980-an, satu masalah yang menjadi pertikaian panjang antara Tokyo dan Pyongyang. Jepang menjalin hubungan diplomatik dengan Korea Selatan tahun 1965, tetapi menolak menjalin hubungan dengan Pyongyang sebelum sengketa itu diselesaikan. "Jika Korut dicabut dari daftar hitam terorisme tanpa para korban dipulangkan, maka hal itu akan mengecewakan banyak orang Jepang dan dan memiliki dampak suram pada hubungan aliansi Jepang-AS," kata tim khusus Majelis Rendah dalam sebuah resolusi yang tidak mengikat. Ia menimpali, "AS harus berpegang pada kebijakannya tidak mencoret Korut dari daftar tersebut." Menlu AS, Condoleezza Rice, mengisyaratkan pada September 2007 bahwa Korut dapat dicoret dari daftar itu, sebelum laporan penuh tentang penculikan itu. PM Jepang, Yasuo Fukuda, mengutarakan kecemasan Tokyo tentang, tindakan seperti itu ketika ia bertemu dengan Presiden AS, George W. Bush, di Washington bulan lalu. Tetapi, Bush tidak menjelaskan apakah pemerintahnya akan bertindak tentang kekuatiran Jepang itu, yang hanya mengatakan: "Kami tidak akan melupakan penculikan warga-warga Jepang itu dan keluarga mereka." Masuknya Korut dalam daftar hitam itu dan mendapat sanksi-sanksi AS, menjadi satu alat tawar menawar dalam perundingan-perundingan multilateral bagi pengakhiran program-program senjata nuklirnya. Sebagai bagian dari satu perjanjian nuklir, AS mengatakan pihaknya akan "memulai proses " untuk mencabut Korut dari daftar hitam terorisme itu. Pyongyang mengaku bahwa para agennya menculik 13 warga Jepang pada tahun 1970-an dan 1980-an. Lima di antara mereka sejak itu telah dipulangkan. Korut mengatakan delapan lainnya meninggal, tetapi Tokyo menginkan informasi lagi tentang nasib mereka serta tentang empat lainnya yang menurutnya diculik. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007