New York (ANTARA) - Kurs dolar AS turun ke tingkat terendah lima minggu terhadap yen dan jatuh terhadap sejumlah mata uang lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan ia akan secara tajam menaikkan tarif barang-barang China minggu ini, yang berisiko menggagalkan pembicaraan perdagangan antara Washington dan Beijing.
Meskipun demikian, volume secara keseluruhan tipis dengan pasar London dan Tokyo ditutup untuk liburan.
Trump pada Senin (6/5/2019) mengecam China atas praktik perdagangannya, mengatakan Amerika Serikat kehilangan miliaran dolar karena perdagangan dengan China. Komentar itu menyusul ancaman akhir pekannya untuk menaikkan tarif impor senilai 200 miliar dolar AS dari China, bahkan saat pembicaraan sedang berlangsung antara Washington dan Beijing seperti yang dijadwalkan akan berlanjut minggu ini.
Pada Jumat (3/5/2019), Trump telah mengutip kemajuan dalam pembicaraan perdagangan dan memuji hubungannya dengan Presiden China Xi Jinping.
"Berita utama akhir pekan adalah pengingat bahwa bom-bom geopolitik terus-menerus mengintai di bawah permukaan," kata Mark McCormick, kepala strategi valas Amerika Utara, di TD Securities di Toronto.
Dia curiga bahwa komentar Trump "dirancang untuk mempercepat pengambilan keputusan dengan harapan menyelesaikan kesepakatan."
Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, sedikit berubah pada 97,527.
Ketegangan perdagangan yang meningkat antara Washington dan Beijing secara umum mendukung dolar AS karena para investor memandang Amerika Serikat dalam kondisi yang lebih baik daripada para pesaingnya untuk menghadapi perang perdagangan.
Terhadap yen Jepang, yang cenderung menguntungkan selama ada tekanan geopolitik atau finansial karena Jepang adalah negara kreditor terbesar di dunia, dolar AS turun 0,2 persen menjadi 110,88 yen. Greenback turun ke level terendah lima minggu di 110,29 yen di awal sesi.
"Dolar AS - yen Jepang telah menembus level kunci 110,70 dan ditutup di bawah tingkat ini adalah bearish teknis untuk pasangan ini," analis Morgan Stanley mengatakan dalam sebuah catatan.
"Risiko terhadap perdagangan adalah retorika perdagangan menjadi kurang eskalasi, menghasilkan pembalikan dalam aksi harga, mendukung risiko, dan mendorong dolar AS/yen Jepang lebih tinggi," kata mereka.
Mata uang Asia sebagian besar lebih lemah dengan yuan Tiongkok tergelincir hampir satu persen mendekati level terendah tahun ini, sekitar 6,80 per dolar AS. Peso Meksiko dan lira Turki jatuh terhadap mata uang AS.
Mata uang lain yang keberuntungannya terkait dengan ekonomi China seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru, juga menurun.
Sterling, sementara itu, turun 0,6 persen menjadi 1,3101 dolar AS dan membalikkan beberapa kenaikan Jumat (3/5/2019), setelah Partai Buruh oposisi menuduh Perdana Menteri Theresa May membocorkan rincian kompromi yang sedang dibahas dan membahayakan pembicaraan.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019