Seoul (ANTARA News) - Ekonomi Korea Selatan (Korsel) diperkirakan bank sentralnya bakal tumbuh lebih lambat tahun depan karena krisis kredit Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan mengurangi ekspor dan tingginya harga minyak yang menimbulkan tekanan inflasi.
Bank Sentral Korea (Bank of Korea/BoK) mengatakan, pihaknya memperkirakan produk domestik bruto (PDB) ekonomi ketiga terbesar di Asia itu, tumbuh 4,7 persen pada tahun 2008, dibandingkan estimasi untuk tahun ini 4,8 persen.
Estimasi untuk tahun 2007 lebih baik daripada proyeksi pendahuluan bank sentral 4,5 persen. Pada tahun 2006, ekonomi Korsel tumbuh 5,0 persen.
Perkiraan pertumbuhan tahun 2008 dari bank sentral lebih rendah daripada estimasi lembaga riset swasta 5,0 hingga 5,1 persen.
BoK mengatakan sebuah tahap perlambatan ekonomi tak mungkin, namun "tingginya ketidakpastian eksternal" dapat menghambat momentum pertumbuhan.
"Kami melihat kemungkinan tingginya harga minyak mengakibatkan pertumbuhan ekonomi global melambat dan melebarnya inflasi," kata bank sentral dalam sebuah pernyataannya.
"Disana juga ada kekhawatiran ekonomi AS akan melambat karena revaluasi dari asset-asset terkait subprime dan meningkatnya asset-asset dengan kualitas buruk."
Dengan permintaan AS yang tampak berkurang, pertumbuhan ekspor diperkirakan melemah menjadi 10,3 persen pada tahun 2008 dari perkiraan pertumbuhan 11,3 persen tahun ini.
Konsumsi swasta, salah satu pilar ekonomi lainnya, diperkirakan tumbuh 4,3 persen pada tahun 2008, sedikit lebih rendah dari proyeksi 4,4 persen untuk tahun ini.
Bank sentral mengutip kemungkinan suku bunga naik dan sebuah penurunan dalam apa yang disebut kekayaan dampak dari pasar saham yang menguat.
Investasi pada fasilitas pabrik diperkirakan tumbuh 6,4 persen tahun depan, dibandingkan dengan 7,6 persen untuk tahun 2007, karena perusahaan mengurangi belanja di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global.
Namun, pertumbuhan investasi konstruksi diperkirakan meningkat 2,8 persen pada tahun 2008 dari estimasi tahun ini 1,8 persen, terbantu oleh proyek-proyek pembangunan pemerintah dan meningkatnya pembangunan gedung-gedung komersial.
Inflasi yang diukur melalui indeks harga kosumen diperkirakan meningkat 3,3 persen tahun depan, lebih cepat dari perkiraan tahun ini 2,5 persen, di tengah ekspektasi berlanjutnya kenaikan harga minyak. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007