Nusa Dua (ANTARA News) - Dana yang akan diperoleh dari perjanjian mekanisme pembangunan bersih atau clean development mechanism (CDM) pada proyek pembangkit listrik di Indonesia bisa mencapai 60 persen dari nilai investasi. "Contoh yang kami hitung untuk salah satu pembangkit dengan investasi 65 juta dolar AS, kemungkinan nanti dapat kompensasi CDM 30 juta dolar AS," kata Komisaris Utama PLN Alhilal Hamdi di Nusa Dua, Bali, Rabu. Ia mengungkapkan hal itu seusai menyaksikan penandatanganan perjanjian pembelian penurunan emisi antara perusahaan perdagangan karbon, EcoSecurities, dengan PT Bajradaya Sentranusa yang membangun PLTA di Sungai Asahan, Sumatera Utara. Kerjasama jual-beli karbon tersebut merupakan yang pertama di sela-sela Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang berlangsung di Hotel Westin, Nusa Dua, 3-14 Desember ini. Menurut Alhilal Hamdi, besar-kecilnya nilai CDM yang bakal diperoleh bergantung pada jenis pembangkit dan kemampuan menurunkan emisi. "Yang saya contohkan itu dananya bisa untuk membangun satu unit pembangkit lagi," katanya. Proyek-proyek PLN yang diproses untuk diajukan ke PBB guna mendapatkan sertifikat penurunan emisi untuk mendapatkan peluang CDM, sebanyak lima proyek, termasuk pembangkit di Kamojang. Menurut Direktur EcoSecurities Indonesia, Agus Sari, pihaknya telah melakukan perjanjian perdagangan karbon dengan 36 perusahaan dalam negeri dan lebih 400 perusahaan di dunia. Namun Agus tidak bersedia menyampaikan data perkiraan dana CDM yang bisa didapat dari kerjasama dengan pembangkit listrik di Sungai Asahan tersebut. Direktur PT Bajradaya Sentranusa M Kamal mengatakan, program itu diharapkan segera mendapat pengakuan dari PBB dan perolehan dana CDMnya dapat membantu pembangunan PLTA Asahan-1. "Kami berharap semuanya akan lancar, hingga memperoleh kesepakatan dengan negara maju yang akan menjadi `pembeli` karbon," katanya. PLTA tersebut dibangun tanpa dam, hanya memanfaatkan aliran air sungai dari Danau Toba yang berarus deras, sehingga biaya investasinya rendah dan lebih ramah lingkungan. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007