Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi tahun kalender 2007 ini mencapai 6,3 persen atau sesuai dengan sasaran BI sebesar 5 - 7 persen, meski tekanan inflasi dari "imported inflation" meningkat. "Tingkat inflasi sampai dengan November tercatat sebesar 5,43 persen. Oleh karenanya apabila inflasi Desember tetap terkendali, maka kita optimis inflasi tahun 2007 akan berada pada level sekitar 6,3 persen," kata Deputi Gubernur BI, Hartadi Sarwono, di Jakarta, Rabu. BPS pada Senin (3/12) melaporkan tingkat inflasi pada November 2007 mencapai 0,18 persen, sementara tahun kalender (Januari-November 2007) mencapai 5,43 persen. "Angka inflasi ini menunjukkan sebuah tanda akan ketahanan ekonomi kita yang semakin baik. Kita melihat bahwa tekanan inflasi dari kelompok `volatile foods` dan `administered prices` relatif minimal. Hal ini menunjukkan pula kemampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan barang di pasar," katanya. Meski demikian, secara fundamental tekanan inflasi masih akan terlihat dari "imported inflation" yang meningkat dan ekspektasi inflasi yang tinggi. "Ini yang menjadi perhatian BI untuk menyikapi tahun 2008 dan 2009," katanya. Secara umum, lanjut Hartadi, kinerja perekonomian pada November 2007 tetap menunjukkan perkembangan yang menggembirakan meskipun dihadapkan pada beberapa masalah eksternal yang perlu diwaspadai terutama harga minyak. "Pertumbuhan ekonomi meningkat dan mencapai 6,5 persen pada triwulan III/2007 sehingga secara keseluruhan sasaran pertumbuhan 6,3 persen yang ditetapkan pemerintah akan dapat dicapai," katanya. Dijelaskannya, berbagai indikator makro ekonomi saat ini terlihat lebih baik dibanding masa krisis dahulu, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi yang semakin rendah, transaksi berjalan yang surplus dan cadangan devisa yang bertambah signifikan dari 20 miliar dolar AS pada tahun 1997 menjadi 54 miliar dolar AS pada Oktober 2007. Berbagai indikator perbankan juga menunjukkan banyak kemajuan, seperti permodalan yang semakin mantap dengan CAR yang mencapai 20,29 persen dibanding hanya sembilan persen pada 1997. "Kualitas kredit jauh lebih baik dengan rasio kredit bermasalah yang lebih rendah. Selain itu pembangunan infrastruktur perbankan menunjukkan banyak kemajuan seperti adanya jaring pengaman sektor keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sistem pembayaran RTGS, dan Good Corporate Governance (GCG)," katanya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007