Para pelaku pariwisata harus mampu mengenali ancaman bencana di wilayahnya, menyiapkan strategi bila terjadi bencana dan mempersiapkan keselamatan setelah terjadi bencana.

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan para pelaku pariwisata di Indonesia harus memahami ancaman bencana di wilayahnya masing-masing untuk mempersiapkan strategi penanggulangannya.

"Dunia pariwisata harus mempersiapkan diri dan beradaptasi dengan potensi ancaman bencana. Tidak bisa pariwisata menyalahkan alam dan bencana," kata Doni dalam diskusi yang diikuti sektor pariwisata di Graha BNPB, Jakarta, Senin (6/5).

Doni mengatakan para pelaku pariwisata harus mampu mengenali ancaman bencana di wilayahnya, menyiapkan strategi bila terjadi bencana dan mempersiapkan keselamatan setelah terjadi bencana.

Strategi saat terjadi bencana meliputi tanggap darurat bencana, transisi darurat menuju pemulihan, hingga rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Namun, yang perlu diperkuat adalah saat sebelum terjadi bencana, yaitu pencegahan. Beberapa bencana terjadi karena faktor manusia," tuturnya.

Selain pencegahan, yang perlu diperkuat sebelum terjadi bencana adalah mitigasi bencana, kesiapsiagaan bencana, sistem peringatan dini hingga peningkatan kapasitas baik sumber daya manusia maupun anggaran.

Doni mengatakan jasa pariwisata merupakan peringkat kedua penyumbang devisa pada 2017, yaitu Rp190 triliun. Karena itu, pariwisata harus dipastikan terus tumbuh dan berkembang, di tengah wilayah Indonesia yang memiliki banyak potensi bencana.

BNPB mengadakan diskusi "Kesiapsiagaan Bencana Sektor Perhotelan untuk Industri Pariwisata yang Berkelanjutan".

Diskusi tersebut dalam rangka pertukaran informasi, memperkuat aspek penyelamatan jiwa, sistem manajemen, dan perkembangan usaha sektor pariwisata dan perhotelan, terutama yang baru saja terdampak bencana.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019