Pasar menilai ulang situasi, karena investor berpikir negosiasi perdagangan akan segera berakhir
Shanghai (ANTARA) - Investor China, terperangah oleh ancaman tarif Presiden AS Donald Trump, membuang saham-saham dan menjual mata uang yuan pada Senin karena kemunduran baru dalam ketegangan perdagangan China-Amerika Serikat mengguncang pasar keuangan Asia.
Indeks saham utama negara itu mengalami penurunan terbesar dalam lebih dari tiga tahun. Indeks saham unggulan atau blue-chips CSI300 dan Indeks Komposit Shanghai keduanya anjlok lebih dari lima persen, membukukan penurunan satu hari tertajam sejak Februari 2016. Sekitar 1.000 perusahaan daratan anjlok maksimum yang diizinkan pada batas harian 10 persen, sebut Reuters.
Indeks Komposit Shanghai jatuh 5,58 persen menjadi berakhir di 2.906,46 poin, Indeks Komponen Shenzhen yang melacak saham-saham di bursa kedua China ditutup 7,56 persen lebih rendah pada 8.943,52 poin. Sementara itu, indeks ChiNext yang melacak saham-saham perusahaan sedang berkembang di papan bergaya Nasdaq China, anjlok 7,94 persen menjadi ditutup pada 1.494,89 poin .
Indeks Hang Seng Hong Kong juga merosot lebih dari tiga persen.
Trump mengejutkan pasar global dengan tweet-nya pada Minggu (5/4/2019) mengumumkan dia akan menaikkan tarif AS pada barang-barang China senilai 200 miliar dolar AS minggu ini, dan menargetkan ratusan miliar lebih cepat, mengatakan pembicaraan perdagangan dengan China berjalan terlalu lambat.
Pasar sebagian besar telah memperkirakan ekspektasi bahwa kesepakatan perdagangan akan tercapai segera, lebih lanjut mengurangi tekanan pada ekonomi China, yang baru-baru ini menunjukkan tanda-tanda tentatif dari penguatan.
Mengipasi harapan bahwa ketidakpastian perdagangan baru dapat menyebabkan pelonggaran moneter tambahan, bank sentral China mengatakan pada Senin akan memotong rasio persyaratan cadangan (RRR) untuk bank kecil dan menengah.
Yuan jatuh ke level 6,7994 per dolar AS, level terlemahnya dalam 3,5 bulan, sementara yuan di pasar luar negeri turun sebanyak 1,3 persen.
Imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun merosot menjadi 3,387 persen, level terendah dua minggu.
Langkah Trump menandai peningkatan besar dalam ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia dan meningkatkan prospek kehancuran dalam pembicaraan perdagangan yang selanjutnya akan menekan ekonomi global.
"Pasar menilai ulang situasi, karena investor berpikir negosiasi perdagangan akan segera berakhir," kata Ken Cheung, ahli strategi senior Asia FX di Mizuho Bank di Hong Kong.
"Jika perang perdagangan menyala kembali, beberapa pelaku pasar dapat berspekulasi tentang depresiasi yuan yang diperbarui untuk menangkal dampak negatif dari kenaikan tarif," katanya.
Tetapi pasar obligasi China akan mendapat manfaat dari "pengalihan dari ekuitas, dan harapan baru untuk pelonggaran," kata Frances Cheung, kepala strategi makro Asia di Westpac di Singapura.
Wakil Perdana Menteri China Liu He "sangat tidak mungkin" pergi ke Amerika Serikat minggu ini setelah "ancaman" Trump untuk menaikkan tarif, kata pemimpin redaksi Global Times China yang berpengaruh, Senin.
Pejabat China dijadwalkan akan bertemu rekan-rekan AS mereka di Washington pada Rabu (8/5/2019) setelah pertemuan di Beijing pekan lalu, untuk putaran yang Menteri Keuangan Steven Mnuchin gambarkan sebagai "produktif."
"Optimisme terhadap pembicaraan perdagangan berubah menjadi pesimisme semalam," kata Stephen Huang, kepala pejabat risiko di Shanghai See Truth Investment Management.
"Pemerintah perlu meluncurkan lebih banyak stimulus untuk menstabilkan pasar," katanya, mengharapkan pengurangan rasio cadangan yang lebih luas, dan bahkan kemungkinan penurunan suku bunga.
Saham-saham jatuh di seluruh papan pada Senin, dengan saham teknologi di antara korban terburuk.
Sektor pertanian adalah satu-satunya titik terang, dengan saham termasuk Hefei Fengle Seed Co dan Great-Sun Foods Co Ltd melonjak 10 persen, karena ekspektasi mereka akan mendapat manfaat jika Beijing membalas terhadap impor AS jika Washington menaikkan tarif.
Baca juga: Pasar saham China dibuka anjlok setelah libur panjang akhir pekan
Baca juga: China pertimbangkan batalkan pembicaraan perdagangan dengan AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019