Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah di Jakarta, Senin, mengatakan laju perekonomian di kuartal I 2019 ini masih menunjukkan struktur perekonomian domestik yang solid.
Meskipun demikian, Nanang mengakui, pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2019 ini di bawah ekspektasi pasar. Pun, Bank Sentral sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2019 mampu mencapai 5,2 persen.
"Bagi kami pertumbuhan 5,07 persen itu jangan dianggap sesuatu yang menimbulkan pesimsime. Dibanding negara lain pertumbuhan 5,07 persen (yoy) itu masih solid," kata Nanang.
Sebagai otoritas moneter, Nanang menyebutkan BI meyakini realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2019 ini tidak akan memberikan sentimen negatif bagi pergerakan nilai mata uang Garuda ke depan.
"Tapi tidak ada pengaruh ke kurs. Pengaruh dinamika rupiah karena pernyataan Presiden AS Donald Trump yang buat gejolak, terlihat dari harga Yuan China dan saham di China anjlok," ujar Nanang.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin siang mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 hanya mencapai 5,07 persen. Angka itu naik tipis dibanding kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen. Namun, angka pertumbuhan itu pula menjadi yang terendah sejak kuartal I 2018.
Pertumbuhan ekonomi pada paruh pertama tahun ini terutama didorong oleh belanja pemerintah yang mengerek naik konsumsi masyarakat.
Konsumsi pemerintah di kuartal I 2019 tumbuh 5,21 persen karena adanya kenaikan realisasi belanja barang dan jasa serta belanja pegawai. Total belanja pemerintah di triwulan I-2019 sudah tersalurkan Rp452,06 triliun, lebih tinggi dari periode sama di 2018 sebesar Rp419,55 triliun.
Baca juga: BPS sebut pertumbuhan ekonomi triwulan I-2019 membaik dari tahun lalu
Baca juga: Flash - BPS: ekonomi triwulan I-2019 tumbuh 5,07 persen
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019