Alat usaha memproduksi ikan asin, terutama tempat penjemuran ikan, umumnya ditumpuk di depan rumah,
Bandarlampung (ANTARA) - Hampir seluruh perajin di Pulau Pasaran memilih berhenti memproduksi teri asin pada hari pertama Ramadhan 2019, dan kapal-kapal nelayan juga banyak bersandar di dermaga pulau kecil di wilayah Telukbetung Timur, Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung itu.
Berdasarkan pantauan di Pulau Pasaran, Senin, hampir semua rumah yang juga menjadi tempat usaha tak memproduksi ikan asin, sehingga pulau itu tampak lengang.
Tidak ada ikan asin yang dijemur meski kondisi matahari lagi terik, dan para buruh juga tidak terlihat bekerja merebus ikan atau menyortirnya.
Alat usaha memproduksi ikan asin, terutama tempat penjemuran ikan, umumnya ditumpuk di depan rumah.
Penduduk Pulau Pasaran biasanya memilih tak melaut dan tak mengolah ikan menjadi ikan asin pada hari pertama Ramadhan.
Mulai awal Mei 2019, produksi ikan teri asin di Pulau Pasaran mulai pulih setelah sempat dua bulan tak beraktivitas karena ketiadaan pasokan ikan segar.
Pulau Pasaran adalah pulau kecil yang lokasinya dekat dengan pesisir Telukbetung Bandarlampung. Hampir seluruh penduduknya menggeluti usaha ikan asin, yang keahlian itu diperoleh secara turun-temurun.
Awalnya, pada era 1960-an, luas Pulau Pasaran tak kurang dari beberapa hektare yang dihuni beberapa keluarga. Aktivitas mereka hanya menangkap ikan di sekitar perairan pulau kecil itu, kemudian mengasinkan dan menjualnya ke kawasan Telukbetung.
Kini Pulau Pasaran telah berubah menjadi "pulau ikan asin" dan menjadi sentra penghasil ikan asin utama di Provinsi Lampung. Hampir di seluruh pelosok pulau itu terdapat usaha pembuatan ikan asin, sedangkan penduduknya pun terus bertambah hingga ratusan kepala keluarga.
Dalam kondisi normal, Pulau Pasaran dalam sehari bisa menghasilkan teri asin berkisar 20 hingga 30 ton yang dikirimkan ke Pulau Jawa dan daerah lainnya di Sumatera.
Pewarta: Hisar Sitanggang
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019