Pangkalpinang (ANTARA News) - Kalangan sales perusahaan farmasi berlomba -lomba memberikan hadiah kepada dokter praktek umum dan spesialis, agar menggunakan obat-obatan dari pabrik yang mereka distributori.
Seorang tenaga sales (pemasar) obat-obatan, Tika (26), di Pangkalpinang, Selasa, mengatakan, mereka memberi hadiah kepada dokter baik berupa uang tunai, mengikutkan seminar bidang kedokteran sampai memberi barang-barang berharga bila mau menggunakan obat-obat yang ditawarkannya.
Tika menjelaskan, makin banyak resep obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien, makin besar bonus yang mereka terima dari perusahaan farmasi.
"Kadang dokter setelah diberi uang dalam amplop masih menanyakan bonus lain. Sesama sales obat harus berupaya keras agar dokter menggunakan obat-obatan mereka," ujarnya.
Ia mengatakan, ketatnya persaingan bisnis obat-obatan seiring bertambahnya perusahaan-perusahaan farmasi baru dan pabrik yang memproduksi obat--obatan sejenis, sehingga praktek pemberian bonus itu makin mengkristal.
Harga obat-obatan jadi naik dan kenaikan itu, menurut dia dibebankan ke konsumen.
Ketua IDI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Dr HA Andi Nawawi, membenarkan ada banyak sales obat-obatan yang mendatangi praktek dokter ketika pasien sedang sepi atau saat dokter pulang.
"Memang ada dokter yang didanai seperti itu, namun kami minta dokter tidak terpengaruh untuk memberikan resep bagi pasiennya." ujarnya.
Ia tidak tahu persis seberapa jauh terikatnya seorang dokter pada perusahaan farmasi dalam mendanai mereka ikut seminar maupun pendidikan. Hal semacam itu tidak dilaporkan dokter ke pengurus IDI.
"Andi mengakui kadang dokter tidak memiliki dana untuk pergi memenuhi undangan seminar ataupun pendidikan. Celah itulah yang kadang dimanfaatkan perusahaan farmasi untuk membiayai si dokter," ujarnya.
Dokter diingatkannya untuk berpegang pada hati nuraninya dalam memberikan obat yang terbaik bagi pasiennya. "Apa yang menurut dia paling cocok digunakan si pasien, obat itulah yang diresepkan," ujarnya.
Dalam ketatnya persaingan memasarkan obat-obatan, Andi menegaskan sejauh ini pihaknya tidak mempermasalahkan adanya tenaga pemasar obat-obatan yang mendatangi temmpat praktek dokter.
Aturan dari pengurus besar (PB) IDI yang melarang atau menganjurkan dokter praktek untuk tidak menerima tenaga pemasar obat-obatan juga belum ada.
Wakil Direktur RS Bhakti Timah itu mengakui sering didatangi tenaga pemasar obat-obatan di tempat prakteknya. Terkadang mereka mengenalkan obat-obatan baru dari pabrik tertentu yang mereka pasarkan.
Menurut Andi, tidak masalah dokter menggunakan obat-obatan dari pihak pabrik atau perusahaan farmasi yang mendanai seminar, asalkan tidak meminta dan memaksakan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007