Nusa Dua (ANTARA News) - Korban luapan lumpur Lapindo Brantas, Porong, Jawa Timur, menggelar aksi unjukrasa di areal Kampoeng Forum Masyarakat Sipil (CSF) Nusa Dua, Bali, beberapa ratus meter dari lokasi Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), Selasa. Pendemo dan puluhan simpatisan mula-mula menumpuk sejumlah sepeda dayung berlabel Medco dengan posisi terbalik di tengah-tengah lapangan "Kampoeng CSF". Selanjutnya sejumlah poster ditempelkan pada bagian-bagian sepeda itu. Berbagai tulisan yang intinya menghujat, di antaranya berbunyi "Sepeda ini tidak dapat mensucikan dosa-dosa Medco", "Go to Hell Medco from Porong", dan lainnya. Saham Lapindo Brantas kini 100 persen milik PT Energi Mega Persada (anak perusahaan Grup Bakrie), melalui PT Kalila Energy Ltd (84,24 persen) dan Pan Asia Enterprise (15,76 persen). Lapindo memiliki 50 persen "participating interest" di wilayah Blok Brantas, dan PT Medco E&P Brantas (MedcoEnergi) 32 persen serta Santos 18 persen. Aksi unjuk rasa tersebut cukup mendapat perhatian dari ratusan orang kalangan LSM maupun masyarakat adat, dan berlangsung sekitar satu jam di tengah halaman "Kampoeng CSF" dengan berbagai agenda. Bahkan beberapa sepeda yang masih baru itu nyaris terbakar ketika salah seorang pendemo membakar selembar koran yang ditaruh di atas sepeda tersebut. Untungnya, tidak sampai melalap sepeda itu karena peserta yang lain langsung menghentikan dan memadamkan apinya. Sepeda berlabel "MedcoEnergi" ini adalah sarana transportasi alternatif yang disediakan secara gratis panitia konferensi UNFCCC kepada para delegasi untuk keperluan di kawasan wisata internasional Nusa Dua. Salah seorang korban Lumpur Lapindo, Pitanto, mengisahkan derita selama di pengungsian di Pasar Baru Porong. "Selama setahun, kami hanya diberi nasi bungkus tiga kali sehari," ujarnya. Menurutnya, jumlah yang mengungsi sekitar 700 kepala keluarga (KK). Dari jumlah itu, banyak siswa SD/SMP yang harus pergi jauh-jauh melanjutkan sekolahnya. Bahkan ada 15 siswa SMA putus sekolah. Sementara pendamping korban Lapoindo, Puring Waluyo mengatakan, saat ini jumlah desa yang sudah menjadi korban luapan Lumpur Lapindo tak kurang tujuh desa, yakni Reno Kenongo, Siring, Jatirejo, Gempol Sari, Ketapang Pindi, Pajarakan, dan Kedung Bendo. "Yang memprihatinkan, desa-desa baru yang terkena luapan Lumpur, sebelumnya tidak masuk dalam peta musibah yang telah ditetapkan. Akibatnya, pengaduan korban masyarakatnya tidak direspon," kata korban lainnya, Lili Kaminah.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007