“Contohnya, ada masyarakat yang membutuhkan tenaga profesinal untuk terapi penyakit stroke, ada pula yang membutuhkan guru mengaji, semua bisa dipesan di aplikasi ini,” tutur Azza bersemangat.
Harga yang ditawarkan pun cukup masuk akal. Masyarakat cukup merogoh kocek sekitar Rp30 ribu sampai Rp40 ribu per jam. Tenaga profesional tersebut diisi oleh para sarjana di Aceh. “Dengan begitu para sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan sangat terbantu dengan aplikasi ini,” tuturnya.
Pada 2018 Azza mengikuti ajang SATU Indonesia Award. Dari situ, aplikasi yang telah ia buat selama delapan tahun menjadi lebih terkenal. “Sebelum menang di SATU Indonesia Award, orang belum mengenal aplikasi buatan saya, tapi kini pemerintah daerah di Aceh pun mau bekerja sama dengan saya,” tuturnya.
Malah, di bulan Ramadan 2019 ini Azza diagendakan bertemu dengan Gubernur Aceh. “Saya sangat berterima kasih kepada Astra karena berkat ajang ini teknologi yang saya buat semakin maju,” lanjutnya.
Azza juga berpesan kepada peserta SATU Indonesia Award 2019 untuk bersungguh-sungguh dalam menekuni kegiatan. “Karena saya yakin, taka da hal baik yang sia-sia di muka bumi ini,” tutupnya.
SATU Indonesia Award 2019 merupakan acara penghargaan yang ditujukan untuk orang-orang inspiratif di bidang pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, kesehatan, dan teknologi.
Syarat peserta SATU Indonesia Award 2019 antara lain:
1. Mempunyai aktivitas yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar di bidang: kesehatan, pendidikan, lingkungan, wirausaha, dan teknologi.
2. Pria atau Wanita berusia maksimal 35 tahun.
3. Individu atau kelompok (minimal 3 orang).
4. Kegiatan harus orisinal.
5. Kegiatan telah berlangsung minimal 1 tahun.
6. Belum pernah menerima penghargaan nasional/internasional.
7. Bukan karyawan grup Astra.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang program SATU Indonesia Awards 2018, silakan kunjungi website www.satu-indonesia.com.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019