Kabul (ANTARA News) - Menteri Pertahanan AS Robert Gates tiba di Afghanistan, Senin malam, dalam sebuah kunjungan kejutan untuk menilai kemajuan dalam perang pasukan internasional melawan gerilyawan Taliban yang bersekutu dengan Al-Qaeda. "Yang sangat mengkhawatirkan adalah selama dua atau tiga tahun telah ada kenaikan dalam tingkat kekerasan secara keseluruhan (di Afghanistan)," kata Gates kepada wartawan selama perhentian singkat di Djibouti dalam perjalanan ke Kabul. Menteri pertahanan AS itu mengatakan, ia ingin memperoleh data terbaru mengenai keadaan keamanan di Afghanistan, terutama di wilayah selatan dimana Taliban beroperasi paling aktif, dan menilai apakah ada perluasan dari kegiatan kelompok garis keras di Pakistan. "Saya ingin melihat apakah ada konsekensi yang terlihat di Afghanistan dari kerusuhan di Pakistan," katanya. Gates, yang terakhir kali mengunjungi Afghanistsan pada Juni, akan bertemu dengan Presiden Afghanistan Hamid Karzai pada Selasa dan komandan-komandan koalisi pimpinan AS serta Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO. Tahun ini merupakan masa terburuk pemberontakan Taliban sejak kelompok itu digulingkan dari kekuasaan pada akhir 2001. Hampir 6.000 orang tewas, sebagian besar pemberontak, dan ada sekitar 140 serangan bom bunuh diri, yang terburuk menewaskan hampir 80 orang sebulan lalu di wilayah utara yang biasanya tidak mengalami kekerasan yang parah seperti di wilayah-wilayah selatan dan timur Afghanistan. Sejumlah pejabat militer melaporkan semakin banyak "pelaku jihad" asing di medan perang, sementara senjata-senjata yang memasuki Afghanistan dari Iran yang ditujukan pada gerilyawan disergap pasukan keamanan. "Ada indikasi awal terjadi sejumlah peningkatan kegiatan oleh Al-Qaeda (di Afghanistan)," kata seorang pejabat tinggi pertahanan AS yang tidak bersedia disebutkan namanya. Juga, "Kami terganggu oleh kegiatan Iran yang mendukung gerilyawan di Afghanistan," tambah pejabat itu. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007