Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Bank Islam Indonesia (Asbisindo) menggandeng Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) untuk membiayai proyek percontohan penguatan usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM) di Malang senilai Rp2 miliar.
"Biaya untuk proyek percontohan ini awalnya Rp2 miliar, selanjutnya kalau ini berkembang ya ... sebanyak-banyaknya," kata ketua Asbisindo M Riawan Amin seusai acara penandatanganan nota kesepahaman antara Asbisindo, Muhammadiyah dan NU untuk pemberdayaan ekonomi umat di Jakarta, Senin.
Menurut dia, dalam kerjasama tersebut, nantinya pembiayaan berupa modal usaha bergulir dan murah. Meski demikian skema pembiayaan belum ditentukan. "Nanti setelah peluncuran pembiayaan tersebut pada Januari," katanya.
Ia menjelaskan nantinya pembiayaan tersebut akan disalurkan pada UMKM melalui Lembaga Keuangan Mikro yang dimiliki oleh kedua organisasi massa tersebut. "Dan BPRS juga bisa nantinya, kita lihat nanti skemanya seperti apa," katanya.
Ia menambahkan potensi untuk pembiayaan sektor UMKM saat ini sangat besar terutama kredit mikro yang sangat kecil yang tidak bisa dilayani bank (bankable) seperti mereka yang meminjam di bawah Rp1 juta.
Untuk itu, menurut dia dengan kerjasama tersebut diharapkan dapat menjangkau pembiayaan kepada mereka yang membutuhkan namun tidak bisa mendapatkan kredit perbankan.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan, kerjasama tersebut memiliki peran yang penting dalam mengentaskan kemiskinan dan memperluas lapangan kerja.
"Lebih dari 100 juta penduduk Indonesia miskin dan sangat miskin,dan umat sebagai populasi terbesar umat Islam merupakan salah satu kontributor dalam kemiskinan, untuk mengurangi kemiskinan perlu upaya kuat melalui peningkatan kesejahteraan dan memperluas lapangan kerja," katanya.
Untuk itu, dengan adanya kerjasama tersebut diharapkan mampu menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin dengan memberikan bantuan kepada mereka yang tidak bisa meminjam pada Bank.
Ketua Umum PB NU Hasyim Muzadi mengatakan, saat ini banyak sekali rakyat miskin yang tidak bisa mendapatkan akses modal dari perbankan. Padahal menurut dia, rakyat miskin ini merupakan pekerja keras dan membutuhkan modal yang lebih sedikit.
"Kita lihat simbok-simbok pedagang sayur yang hanya butuh Rp700 ribu, tapi ia tidak dapat modal dari perbankan, padahal kita tahu masyarakat miskin selalu mengembalikan utangnya," katanya.
Untuk itu, kerjasama ini diharapkan dapat menjadi akses permodalan bagi mereka.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Muliaman D Hadad mengatakan, BI selalu mendukung pengembangan UMKM. "Kita bahkan mengharapkan BI di daerah bisa menjadi fasilitasi untuk pengembangan UMKM, kita punya informasi, data yang bisa digunakan," katanya.
Setelah di Malang, proyek percontohan serupa akan dibuat di Yogyakarta. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007