Nusa Dua (ANTARA News) - Berbeda dengan tren emisi karbon di seluruh belahan dunia yang terus naik, grup Uni Eropa justru optimistis bisa memangkas volume gas buangnya sesuai dengan target dalam Protokol Kyoto. Dalam Protokol Kyoto disebutkan bahwa negara-negara industri wajib menurunkan emisi karbondiksida (CO2) mereka sebanyak 5 persen dibandingkan emisi tahun 1990 pada tahun 2012. "Kami yakin akan bisa mencapai target Protokol Kyoto," kata Artur Runge Metzger, Ketua Delegasi Uni Eropa di Konferensi tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang mulai digelar di Nusa Dua, Bali, Senin. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa saat ini Uni Eropa telah mencatat keberhasilan menurunkan emisi sebanyak 2 persen, terutama ditunjukkan oleh Jerman. "Ada banyak pendekatan yang dilakukan di Uni Eropa untuk menurunkan emisi karbonnya. Salah satunya adalah rencana alokasi nasional," kata Artur. Dalam kesempatan itu ia menekankan pentingnya pendekatan efisiensi energi buat Uni Eropa. "Paket energi yang ramah iklim akan mulai diterapkan di Uni Eropa pada awal tahun 2008," katanya menjelaskan. Selain pendekatan penurunan emisi yang menurunkan emisi dalam negeri, kelompok Uni Eropa juga mengusulkan satu paket kesepakatan iklim yang mencakup 8 prinsip. Prinsip pertama adalah membatasi kenaikan suhu rata-rata permukaan Bumi agar tidak naik lebih tinggi dari 2 derajat Celcius di bandingkan suhu sebelum Revolusi Industri. Target ini mensyaratkan penurunan emisi karbon secara global minimal 50 persen dari angka tahun 1990 pada tahun 2050. "Prinsip kedua adalah mewajibkan penurunan emisi yang tajam dan secara absolut di negara-negara maju," kata Artur. Uni Eropa dalam hal ini mengusulkan supaya tiap negara maju menurunkan emisinya 30 persen pada tahun 2020, dan memangkas 60-80 persen emisi per tahun 2050 jauh di bawah angka emisi tahun 1990. Lalu prinsip ketiga terkait dengan kontribusi yang adil dan efektif dari negara-negara berkembang, terutama dari negara-negara yang melesat ekonominya. "Kita juga perlu menguatkan dan meluaskan pasar karbon dunia, termasuk skema-skema yang inovatif serta fleksibel. Sistem Perdagangan Emisi Uni Eropa (EUB ETS) telah membuktikan bahwa pasar karbon bisa berhasil," ujarnya. Prinsip yang berikutnya menitikberatkan kerjasama penelitian dan pengembangan teknologi energi bersih. Artur melanjutkan prinsip penting lainnya adalah menguatkan kapasitas adaptasi perubahan iklim, terutama buat negara-negara paling miskin, yang paling rentan terkena dampak buruk berubahnya iklim. "Kita juga perlu memasukkan sektor perkapalan dan penerbangan agar ikut menurunkan emisinya. Dua sektor ini wajib kita libatkan dalam reduksi emisi," katanya. Di prinsip nomor delapan, Uni Eropa mengusulkan penurunan emisi dari sektor kerusakan hutan, yang berkontribusi terhadap 20 persen emisi karbon global. Delapan prinsip itu, ujar Artur, diharapkan tercakup dalam Mandat Bali, yang akan disepakati pada akhir sidang UNFCCC di Bali. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007