Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di Pasar Spot Antar-Bank Jakarta pada sesi Senin sore menguat menjadi Rp9.325/9.330 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.340/9.367 atau naik 15 poin yang terpicu oleh membaiknya inflasi. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa laju inflasi November 2007 mengecil menjadi 0,18 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 0,79 persen sehingga untuk tahunan (year on year) menjadi 6,71 persen dari bulan sebelumnya 6,88 persen. Kondisi ini juga akan mendapat dukungan dari bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang akan kembali menurunkan suku bunga Fedfund, sehingga pergerakan rupiah akan semakin stabil, katanya. Menurut dia, apabila The Fed jadi menurunkan suku bunga Fedfund minimal 25 basis poin diperkirakan Bank Indonesia (BI) akan juga menurunkan suku bungan BI Rate sebesar 25 basis poin. BI pasti memperhitungkan kemungkinan yang terjadi, kalau perbedaan suku bunga rupiah terhadap dolar AS makin tinggi dikhawatirkan investor asing akan kembali menginvestasikan dananya di pasar domestik. Namun, investor asing cenderung bermain dalam jangka pendek, sedangkan kita butuh dana asing untuk jangka panjang, ucapnya. Pemerintah, lanjut Edwin Sinaga yang juga menjadi Dirut Finan Corporindo Nusa, seharusnya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat tumbuhnya, karena dengan penurunan suku bunga itu, perbankan akan juga menurunkan bunga pinjamannya. Menurut dia, peluang rupiah untuk kembali menguat sangat tinggi hanya menunggu waktu saja. Sementara itu gejolak kenaikan harga minyak itu sebenarnya masih dapat diimbangi dengan memperkuat produk primer yang memberikan devisa cukup besar dan memperbesar sektor pertambangan lainnya, sehingga arus dana keluar untuk subsidi minyak mentah dapat dikurangi dari sektor tersebut. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007