Sydney (ANTARA News) - Kevin Rudd dari partai Buruh resmi diambil sumpahnya pada Senin sebagai Perdana Menteri (PM) Austraklia yang mengakhiri pemerintahan konservatif di bawah pimpinan John Howard dari Partai Liberal.
Partai Buruh menang pemiliu pada 24 November 2007 yang mengakhiri karir politik 33 tahun Howard. Satu pergeseran besar dari Konservatif ke Buruh, yang di bawah kepemimpinan Howard (68), yang menjadi perdana menteri kedua dalam sejarah Australia yang kehilangan kursi parlemennya.
Rudd (50) mengatakan bahwa dirinya berharap dapat meratifikasi Protokol Kyoto sebelum menghadiri konferensi Perubahan iklim pekan depan di Bali, Indonesia.
Konperensi yang akan berlangsung selama dua pekan yang akan dimulai Senin bertujuan untuk menyusun kesepakatan lanjutan setelah Protokol Kyoto.
Howard menolak untuk menanda tangai kesepakanan tersebut pada tahun 1997 bersama-sama sahabatnya Amerika Serikat yang memberikan alsan hal itu tidak fair karena hanya negara maju saja yang harus mematuhi dan menetapkan target penurunan emisi gas karbon.
Pemerintahan Howard menghadiri pertemuan awal kesepakatan perubahan iklim pertama di Kyoto, Jepang dan menyetujui untuk menetapkan emisi hingga 8 persen diatas tingkat 1990 pada tahuin 2010.
"Kami saat ini kemungkinan akan mempercepat target Protokol Kyoto negara Kami pada 1 persen," kata Rudd.
Ia menyetujui bahwa satu sanksi tidaklah memperbaiki keadaan bagi negara yang tak memenuhi target dan penalti tersebut akan tetap mengena untuk periode berikutnya yang akan dimulai pada tahun 2012 saat protokol Kyoto telah berakhir.
Ruud mengingatkan warga Australia bahwa mengabaikan penaganan terhadap perubahan iklim akan meminta "bayaran " yang cukup mahal.
"Saya kira kita semua harus lebih realistis mengenai isu tersebut, hadapilah dan bertindaklah untuk menghadapi perubahan iklim jauh lebih baik daripada bertingkah seolah-olah hal itu tidak ada," katanya.
Di Bali, Rudd juga aka didamopingi oleh Menteri Perubahan Iklim Penny Wong, Menteri Liungkungan Peter Garrett dan Menteri Keuangan Wayne Swan.
Seoprang juru bicara bagi Wong, yang adalah juru ruinding nomor satu Australia pada Protokol Kyoto menekankan pertemuan di Bali adalah pertemuan pertama dari rangkaian pertemuan yang akan membahas kesepakatan pasca Protokol Kyoto.
"Pentingnya pertemuan di Bali adalah untuk meletakkan peta jalan bagi apa yang akan terjadi pasca Kyoto," katanya .
"Kami ingin memastikan bahwa peta jalan tersebut yang akan kita sepakati di bali akan memberikan kesempatan luas bagi Australia dan dunia untuk bergeerak menuju solusi terhadap perubahan iklim. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007