Aliran modal asing tersebut total terdiri atas Rp66,3 triliun masuk ke investasi Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp66,1 triliun ke saham

Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan aliran modal asing sejak awal tahun 2019 telah mencapai Rp131,1 triliun, yang memperlihatkan kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi Indonesia.

"Aliran modal asing update sampai 2 Mei, menunjukkan year to date sebesar Rp131,1 triliun," kata Perry di Jakarta, Jumat.

Perry menjelaskan aliran modal asing tersebut total terdiri atas Rp66,3 triliun masuk ke investasi Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp66,1 triliun ke saham.

Modal yang masuk ke SBN itu bahkan sudah lebih tinggi dibandingkan periode keseluruhan tahun 2018 yang full year tercatat Rp57,1 triliun.

Sedangkan, dana Rp66,1 triliun yang masuk ke saham lebih baik dari periode sama tahun lalu yang justru mengalami aliran modal keluar Rp51,9 triliun.

"Terutama, karena adanya realisasi investasi di sebuah bank. Nilainya cukup besar, mulai masuk dan tercatat. Jadi, karena realisasi akuisisi bank oleh bank yang lain," kata Perry.

Dalam kesempatan terpisah, Director & Chief Investment Officer, Fixed Income, Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan ketidakpastian politik yang hilang usai pemilu dapat mendorong dana masuk.

Dana yang masuk dari investor domestik maupun global ini akan suportif bagi pasar obligasi Indonesia yang sedang tumbuh.

Menurut Ezra, aliran dana ini akan masuk lebih banyak apabila bank sentral memangkas suku bunga acuan seiring dengan pengetatan moneter The Fed yang tidak seagresif pada 2018.

"Narasi dovish The Fed di akhir bulan Maret membuka peluang untuk pemangkasan suku bunga lebih cepat dari perkiraan, selama data-data ekonomi dalam negeri seperti inflasi, defisit neraca berjalan, serta nilai tukar cenderung stabil dan suportif," ujarnya.

Oleh karena itu, ia menilai, pemangkasan suku bunga dapat menguntungkan obligasi dengan tenor pendek maupun tenor panjang.

Obligasi tenor pendek yang cenderung lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga, akan bergerak lebih dulu dengan penurunan imbal hasil, yang dipengaruhi seberapa besar ekspektasi penurunan suku bunga acuan.

"Penurunan imbal hasil tenor pendek ini akan diikuti penurunan imbal hasil obligasi tenor panjang," kata Ezra.

Sejauh ini, target obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun masih berada di kisaran 7-7,5 persen. Target ini masih bisa direvisi turun jika BI melakukan pemangkasan suku bunga.

Baca juga: Tahan suku bunga, BI masih yakin modal asing masuk tetap deras
Baca juga: Ketidakpastian global menurun, modal asing masuk RI Rp74,7 triliun

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019