Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan depan diperkirakan cenderung bergerak fluktuatif (naik turun) dengan kisaran sempit. "Indeks pada pekan depan masih akan bergerak fluktuatif. Indeks diperkirakan bisa bergerak dari 2.688 ke kisaran 2.700 hingga 2.710, namun level 2.700 ini tampaknya level yang berat," kata Analis Riset PT Valbury Asia Securities, Krisna Dwi Setiawan, kepada ANTARA di Jakarta, akhir pekan ini. Sentimen yang akan berpengaruh terhadap indeks BEI adalah hasil pengumuman inflasi November yang diperkirakan ada sedikit penurunan untuk bulan ke bulan (MoM), namun untuk tahun ke tahun (YoY) sedikit mengkhawatirkan. Inflasi MoM diperkirakan tidak lebih dari 0,5 persen, namun YoY yang bulan lalu sudah mendekati 7 persen (6,8 persen pada Oktober 2007) sedikit mengkhawatirkan, karena rawan melampaui target pemerintah, katanya. Menurut Krisna, dengan tingginya inflasi akan sulit Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan BI-rate pada Desember mendatang. Sedangkan dari sentimen luar, bursa regional juga masih akan mempengaruhi pergerakan indeks BEI pada awal pekan Desember 2007. Pada pekan ini IHSG ditutup di 2.688,332 atau mengalami kenaikan sebesar 103,985 poin (4,02 persen) dibanding penutupan pada pekan sebelumnya di 2.584,347. Sedangkan indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan ditutup menguat 28,272 poin (5,01 persen) menjadi 591,873 dibanding pada pekan sebelumnya yang berada di posisi 563,601. Kenaikan indeks BEI pada pekan ini lebih digerakkan oleh saham-saham berbasis komoditas, terutama dari pertambangan. Kenaikan indeks ini lebih didorong oleh terus meningkatnya harga komoditas, terutama timah yang mendorong harga saham PT Tambang Timah melejit dari haraga Rp21.600 menjadi Rp25.000. Selain itu, saham tambang lain, seperti Bumi Resources, Aneka Tambang dan Pertambangan Batubara Bukit Asam juga menjadi pendorong kenaikan indeks BEI. Dari sentimen luar, kenaikan bursa regional dan AS Wall Street juga menjadi pembuka arah pergerakan indeks BEI. Ekspektasi akan diturunkannya suku bunga The Fed pada Desember mendatang telah memicu naiknya bursa kawasan Asia, termasuk Indonesia. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007