Nusa Dua (ANTARA News) - Disayangkan pengusaha di Indonesia masih banyak yang belum paham untuk memanfaatkan proyek mekanisme pembangunan berkelanjutan (CDM) dari negara-negara maju. "Dari hampir 850 proposal proyek yang diajukan negara-negara berkembang, kita baru ada sembilan proposal. Itupun statusnya masih registrasi," kata Liana Bratasida, dari Komite Nasional Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) di Nusa Dua, Bali, Sabtu. Ditemui di Hotel Westin, Nusa Dua, tempat penyelenggaraan UNFCCC, 3-14 Desember 2007, Liana mengatakan, proyek CDM juga bisa untuk pengembangan program busway, penggantian bemo, dan taksi. Proyek-proyek tersebut bisa dikerjasamakan dengan pendanaan program CDM dari negara industri asalkan minimal menggunakan 50 persen bahan bakar ramah lingkungan. Namun karena ketidakmengertian pengusaha, tak ada yang mengajukan proposal untuk hal tersebut, katanya. Yang terbanyak mengajukan proposal untuk proyek CDM adalah pengusaha dari Cina dan India, kata Liana seraya menjelaskan bahwa perbankan di kedua negara juga mendukungnya. Sementara di Indonesia, belum ada satupun perbankan yang bersedia menjadi mitra pendanaan awal, sebelum negara maju mengucurkan bantuannya. "Karena yang mendanai dari awal negara-negara maju, maka nanti mereka yang mendikte pelaksanaan proyek CDM di negara kita," tambah Liana yang juga Asisten Menteri Negara Lingkungan Hidup itu.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007