Karakas (ANTARA News) - Presiden Venezuela Hugo Chavez, Jumat waktu setempat (Sabtu waktu Indonesia) mengancam akan menghentikan pasokan minyak negara anggota OPEC itu ke AS, dalam usaha menggalang para pendukung kirinya bagi referendum akhir pekan ini mengenai perpanjangan kekuasaannya. Mantan tentara itu menghadapi pemungutan suara yang ketat, Minggu menyangkut reformasi konstitusi yang diusulkan yang akan memungkinkan dia untuk tetap berkuasa selama puluhan tahun jika meraih kemenangan dalam referendum itu. Chavez berusaha mengerahkan para pendukungnya dalam hari-hari terakhir kampanye dengan pidato yang berapi-api mengecam musuh-musuhnya di dalam negeri dan luar negeri, dan ia memperingatkan dalam satu rapat raksasa, Jumat bahwa ia akan melakukan pembalasan jika pemerintah AS campur tangan dalam referendum itu. "Tidak akan ada pengiriman minyak ke AS," kata Chavez dihadapan ratusan ribu pendukungnya di tengah kota Karakas. "Dan jika mereka datang dan mengambil alih minyak kita mereka akan menghadapi perang 100 tahun di Venezuela." Pengeluaran Chavez yang besar bagi program-program sosial membuat dia populer di kalangan mayoritas rakyat miskin Venezuela tetapi para pengeritik menuduh dia berusaha untuk tetap berkuasa dengan angkuh dan banyak para pendukung yang moderat kuatir bahwa reformasi-reformasi itu akan memberikan dia kekuasaan yang sangat besar. Chavez sejak lama menuduh Washington mendukung satu kudeta yang gagal terhadap pemerintahnya tahun 2002. Venezuela memasok sekitar 12 persen dari impor minyak AS dan pemimpin kiri itu sering mengancam akan menghentikan penjualan minyak itu, tetapi ia tidak pernah melaksanakannya. Chavez juga, Jumat mengancam akan memutuskan hubungan dengan Spanyol dan perusahaan-perusahaan nasional Spanyol di Veneauela jika Raja Juan Carlos tidak meminta maaf atas ucapan terhadapnya agar "diam" pada satu KTT di Chile. Perubahan konstitusi itu akan memungkinkan Chavez untuk ikut bertarung untuk terpilih kembali untuk waktu yang tidak terbatas dan memberikan dia kekuasaan langsung atas cadangan mata uang asing yang diperoleh dari penjualan minyak. Perubahan itu juga akan mengurangi masa kerja resmi Venezuela menjadi enam jam, memperluas manfaat keamanan sosial bagi pekerja tidak resmi seperti para pedagang jalanan dan mengizinkan pemerintah menyensor media dalam satu "keadaan darurat" politik. Para pemimpin oposisi berjanji akan melakukan protes jika badan pemilihan yang dikuasai Chavez melakukan kecurangan dalam pemilihan itu, sementara para pemimpin pemerintah mengatakan pihak oposisi siap melakukan unjukrasa jika reformasi itu disetujui. "Mereka mengatakan mereka hanya akan mengakui hasil-hasil itu jika mereka menang... dan mereka akan turun ke jalan-jalan," teriak Chavez pada rapat itu seperti dikutip Reuters. "Baik. Kita akan melihat anda di jalan-jalan nanti, kita tidak takut." (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007