Denpasar (ANTARA News) - Kondom sebagai salah satu alat pencegah penularan virus HIV/AIDS lewat hubungan seksual, hingga kini masih sangat sulit diterapkan pemakaiannya di lingkungan masyarakat Indonesia.Berbeda dengan di Thailand, misalnya, hampir seluruh "pelanggan" wanita pekerja seks komersial (PSK), telah menggunakan kondom dalam menjalin hubungan intim.Dr Tuti Parwati SpPD, pemerhati masalah HIV/AIDS, serta Koordinator Pokja Informasi dan Humas Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Bali, dr Mangku Karmaya, senada mengatakan itu di Sanur, Denpasar, Jumat.Di sela-sela pembagian kondom secara gratis terhadap puluhan PSK di daerah Sanur, Tuti menyebutkan, dalam upaya mencegah terjadinya penularan virus HIV/AIDS, pemerintah Thailand menetapkan ketentuan kepada siapapun yang akan melakukan kontak seksual dengan PSK, diwajibkan untuk memakai kondom. Terkait ketentuan itu, lanjut dia, jangan berharap mendapat pasangan intim bila seorang lelaki hidung belang tidak bersedia mengenakan kondom datang untuk "bertarung" ke tempat lokalisasi. "Jadi di Thailand diharuskan memakai kondom, dengan konsekuensi tidak mendapat pelayanan bagi yang tidak bersedia memakainya," ungkap Tuti. Sementara di Indonesia, lanjut dia, tidak ada ketentuan semacam itu, sehingga siapa saja boleh menjalin hubungan dengan PSK tanpa terlebih dahulu harus memasang "sarung pengaman". Padahal, kata dr Mangku menambahkan, kondom memiliki peran yang cukup menjanjikan bagi seseorang untuk tidak terinfeksi virus HIV/AIDS saat berhubungan seksual dengan orang lain yang memang mengidap virus yang sangat berbahaya itu. Mungkin karena tidak ada keharusan, kata dia, di Indonesia sangat sulit untuk bisa memasyarakatkan pemakaian "sarung" tersebut, sehingga tidak mengherankan bila penyebaran virus itu menjadi begitu cepat di negeri ini. Mangku mengharapkan, gerakan pemakaian kondom, terutama bagi para "petualang" seksual di masa mendatang, perlu lebih dimasyarakatkan guna mencegah terjadinya penularan virus HIV/AIDS yang kini sudah mengancam ribuan nyawa manusia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007