Jakarta (ANTARA News) - Jumlah rumah tangga miskin (RTM) penerima beras untuk masyarakat miskin (raskin) pada 2008 berpotensi bertambah dari perhitungan sementara akibat kenaikan harga minyak dunia, yang diperkirakan bakal berimbas pada kenaikan ongkos produksi industri. "Kalaupun pemerintah tidak memotong subsidi BBM, tapi kalau BBM industri naik, harga produksi akan naik. Itu yang menyebabkan harga produksi naik, sehingga sasaran RTM akan melonjak," kata Sekretaris Utama Bappenas, Syahrial Loetan, di Jakarta, Jumat. Pada 2007, pemerintah menyediakan 1,9 juta ton beras bagi 15,8 juta RTM dengan total biaya Rp6,28 triliun. Sedangkan pada 2008, anggaran pemerintah untuk subsidi raskin mencapai Rp6,6 triliun dengan jumlah penerima mencapai 19,1 juta RTM dengan harga pembelian raskin naik menjadi Rp1.600 per kg per RTM dari sebelumnya Rp1.000 per kg. Menurut Syahrial, pemerintah tetap akan menggunakan data masyarakat miskin dari Badan Pusat Statistik (BPS), meskipun diakuinya masih ada kebocoran pengucuran raskin. Kebocoran itu bukan disebabkan oleh ketidakakuratan data, melainkan kelemahan pemda yang bertanggung jawab pada pengucuran dari titik distribusi ke rumah tangga. "Berdasarkan informasi yang saya terima, raskin yang memenuhi target hampir 90 persen, sekitar 87 persen. Jadi yang tidak mencapai sasaran ada 13 persen," katanya. Sebelumnya, Peneliti Kepala dari Lembaga Penelitian SMERU, Hastuti menyatakan, dari hasil monitoring dan evaluasi (monev) yang dilakukan pihaknya atas pelaksanaan raskin pada 2001-2006 di tiga wilayah yaitu Kabupaten Agam (Sumbar), Kabupaten Bojonegoro (Jatim), dan Kabupaten Kolaka (Sultra), ditemukan fakta bahwa Bulog telah melaksanakan penyaluran dengan baik hingga titik distribusi, sedangkan permasalahan yang timbul banyak terjadi pada penyaluran dari titik distribusi ke rumah tangga, yang merupakan tanggung jawab pemda. Selain itu, SMERU juga menemukan adanya kekurangan pagu RTM yang menerima, hanya 82,72 persen dari total RTM yang terdaftar akibat ketidatepatan target, jumlah beras dan frekuensi penyaluran Hasil penelitian mereka juga menemukan adanya kebocoran, dimana 47 persen raskin diterima bukan oleh RTM. Sementara jumlah beras yang seharusnya diterima RTM masih kurang dari seharusnya, frekuensi penerimaan yang rata-rata hanya 5 kali sebulan (padahal seharusnya 12 kali sebulan), serta harga raskin yang mencapai kisaran Rp1.000-Rp2.900 per kg yang diterima oleh RTM (dari seharusnya Rp1.000 per kg).(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007