Depok (ANTARA News) - Depok dapat dinyatakan sebagai daerah endemi penyakit Filariasis (kaki gajah), dengan jumlah penderita sebanyak 12 orang, dari 500 jumlah sampel darah yang dites di laboratorium. Kepala Puskesmas Kelurahan Grogol, Drg. Rani Astira, di Depok, Jumat mengatakan suatu daerah bisa dinyatakan endemis kaki gajah jika penderitanya mencapai lebih dari satu persen dari jumlah sampel darah yang diteliti. Ia mengatakan dari 500 sampel darah yang diambil setelah dites laboratorium, ternyata positif mengandung microfilaria (cacing penyebab penyakit kaki gajah). "Penderita kaki gajah terbanyak berada di Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, yang mencapai 10 orang, dan di Kelurahan Krukut dua orang," jelasnya. Rani mengatakan kebanyakan penderita merupakan warga pendatang dari DKI Jakarta, bukan warga Depok asli. "Mereka sebelumnya sudah terkena kaki gajah, kemudian pindah ke Depok," jelasnya. Penyebaran penyakit tersebut berasal dari gigitan berbagai jenis nyamuk. "Jika seorang penderita digigit nyamuk, yang kemudian menggigit orang lain yang sehat maka akan tertular," katanya. Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit kaki gajah, kata Rani, pihaknya akan melakukan vaksinasi massal di dua kelurahan tersebut pada 12 Desember 2007. Vaksinasi tersebut merupakan yang ketiga yang dilakukan setelah tahun 2005 dan 2006. "Kita tidak memungut biaya dari masyarakat untuk pengobatan tersebut," ujarnya. Masa inkubasi penyakit kaki gajah selama bertahun-tahun. Pada gejala awal seseorang akan mengalami demam selama 3-5 hari, gatal-gatal di kulit timbul bercak merah dan kesemutan. Upaya pencegahan dilakukan dengan memberikan obat yang diminum sekali dalam setahun selama lima tahun berturut-turut. Obat yang diminum terdiri dari Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dan Albendazole. "Untuk penderita hipertensi, ibu hamil, menyusui, TBC, dan anak di bawah dua tahun dilarang minum ovbat tersebut," ujarnya. Sementara itu Camat Limo, Kota Depok, Yayan Arianto, mengingatkan warga untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat agar terhindar dari berbagai macam penyakit. Penyebaran penyakit tersebut berawal dari kondisi lingkungan warga kurang sehat, ditandai dengan banyaknya genangan air sehingga menjadi sarang nyamuk. Ia mengakui, masih banyak sanitasi air di rumah warga yang tidak lancar sehingga nyamuk mudah berkembang biak. Yayan lebih lanjut mengatakan akan melakukan fogging (pengasapan) dan alatnya telah tersedia di setiap kelurahan. "Warga bisa melakukan penyemprotan dengan bergotong royong," katanya. Ia juga mengharapkan kepada warganya agar menanam tanaman pengusir nyamuk yaitu lavender, dan apabila memelihara kolam ikan maka dipelihara ikan lele untuk memakan jentik-jentik nyamuk.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007