Harga minyak mentah turun tajam karena persediaan di AS naik ke level tertinggi sejak 2017
Singapura (ANTARA) - Harga minyak dunia merosot di perdagangan Asia pada Kamis pagi, setelah data menunjukkan rekor produksi minyak mentah AS, yang mengakibatkan lonjakan persediaan.
Namun, di luar Amerika Serikat, pasar minyak tetap ketat karena semua pengecualian terhadap sanksi AS terhadap Iran berakhir, krisis politik di Venezuela meningkat, dan klub produsen OPEC terus menahan pasokan.
Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent, berada di 72,09 dolar AS per barel pada pukul 00.32 GMT (07.32 WIB), turun sembilan sen AS atau 0,1 persen, dari tingkat penutupan terakhir mereka.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun tipis dua sen AS, menjadi diperdagangkan di 63,58 dolar AS per barel, setelah turun 0,5 persen di sesi sebelumnya.
"Harga minyak mentah turun tajam karena persediaan di AS naik ke level tertinggi sejak 2017," kata bank ANZ, Kamis, dikutip dari Reuters.
"Ini terjadi ketika kilang-kilang AS menuju ke periode pemeliharaan musim semi, memicu kekhawatiran bahwa permintaan minyak mentah akan lemah dan stok akan terus meningkat," tambahnya.
Stok minyak mentah AS pekan lalu naik ke level tertinggi sejak September 2017, melonjak 9,9 juta barel menjadi 470,6 barel, karena produksi mencetak rekor tertinggi 12,3 juta barel per hari (bph), sementara tingkat kegiatan penyulingan turun, Badan Information Energi AS (EIA) ) melaporkan pada Rabu (1/5/2019).
Namun demikian, di luar Amerika Serikat, pasar minyak tetap ketat di tengah krisis politik di Venezuela, semakin ketatnya sanksi AS terhadap Iran yang tidak memungkinkan lagi keringanan mulai Mei, dan ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) terus menahan pasokan untuk menopang harga.
Menteri energi Oman Mohammed bin Hamad al-Rumhy mengatakan pada Rabu (1/4/2019) bahwa OPEC berencana untuk memperpanjang pemotongan, yang dimulai pada Januari, ketika mereka bertemu berikutnya pada Juni.
Bagi produsen-produsen, kondisi pasar yang ketat berarti keuntungan yang lebih tinggi.
Analis di Bernstein Energy mengatakan tingkat harga saat ini mencerminkan biaya marginal rata-rata untuk sebagian besar produsen minyak yang tercatat.
"Kami telah mensurvei 50 perusahaan minyak dan gas terbesar yang tercatat secara global ... Berdasarkan laporan tahunan 2018 kami memperkirakan bahwa biaya marjinal global minyak tetap stabil pada 71 dolar AS per barel," kata Bernstein dalam sebuah catatan pada Kamis.
"Ini sejalan dengan harga spot saat ini tetapi lebih tinggi dari harga minyak berjangka jangka panjang 61 dolar AS per barel," kata catatan itu.
"Dengan harga minyak naik lebih besar dari biaya, margin industri meningkat lebih dari 200 persen pada 2018," kata Bernstein, yang menghasilkan keuntungan industri "paling tinggi dalam lima tahun terakhir."
Baca juga: Harga minyak bervariasi dipicu pemotongan OPEC dan kenaikan pasokan AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019