Mekah (ANTARA News) - Mulai Jumat (30/11) hingga beberapa hari ke depan, jemaah Indonesia yang memasuki Mekah akan datang secara besar-besaran, baik dari Madinah maupun yang baru tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Untuk Jumat hingga malam hari, diperkirakan jemaah Indonesia akan masuk sekitar 12.000 orang dari 23 kelompok penerbangan (kloter). Mereka itu berasal dari berbagai embarkasi di tanah air, kata Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah, Wardani Muchsin, di Mekah, Jumat.
Untuk mengatur jemaah sebanyak itu, Wardani mengaku patugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) sudah siap. Seluruh personel sudah ditempatkan secara maksimal. Namun ia berharap petugas dapat mengendalikan diri bila menjumpai klaim soal pemondokan.
Soal pemondokan sudah diatur sesuai dengan qurah (undian). Jika menyaksikan pemondokan tak layak, maka diharapkan jemaah harus pula memahami bahwa hal itu dapat diatasi sejauh dalam batas wajar. Penyelesaian dengan pendekatan emosional tak akan selesai, katanya.
Sementara itu, Kepala Satuan Pengamanan PPIH, AKBP Agus P, mengakui munculnya klaim soal pemondokan kadang diwarnai ketidakpuasan seseorang yang dapat menyulut jemaah lain ikut memprotes.
Diakui pernah ada kasus di sektor 14 kawasan Aziziah, Mekah, memprotes petugas dengan alasan satu kamar diisi 10 orang. Mereka menilai itu tak manusiawi, cerita Agus.
Ia mencatat ada 24 orang, sesuai koper yang diturunkan ke lantai dasar. Jemaah yang ikut protes ini lama kelamaan tak tahan, dan satu per satu akhirnya mengangkat kopernya masing-masing ke atas karena cukup lama tak mandi dan berganti pakaian.
"Sudahlah, yang penting kamar mandinya baik dan air cukup," kata Agus, menirukan gaya orang yang memprotes panitia haji di Mekah.
Padahal, lanjut Agus, jika ada kamar diisi 10 orang bukan itu saja. Di tempat lain juga terjadi pemadatan karena ada jemaah yang tak mau pisah dengan kelompoknya. Keadaan ini juga harus dimengerti.
Karena itu, imbaunya, jika seorang merasa tak suka janganlah ketidakpuasan itu dilakukan dengan cara mengorbankan orang banyak, jemaah yang mau ikut beribadah dengan baik.
Toh, akhirnya jemaah itu tahu bahwa pemondokan yang ditempati ternyata paling dekat dengan Masjidil Haram dibanding jemaah lainnya dari tanah air.
"Mereka merasa puas. Tapi, tak puas bagi "provokator" karena gagal memprovokasi orang lain," ujar Agus sambil senyum. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007