Mari kita kerja bersama untuk meningkatkan daya saing Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Dana abadi riset perlu ditingkatkan untuk membiayai berbagai penelitian yang berguna bagi penguatan dan pengembangan segala sektor pembangunan, demi kemajuan bangsa, kata Kepala Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Satryo Soemantri Brodjonegoro.
"Dana abadi riset Rp1 triliun memang belum cukup, akan tetapi sebagai awal pengembangan dana abadi riset sudah cukup baik, idealnya dana abadi Rp100 triliun sehingga dengan bunga 10 persen kita punya dana riset 10 triliun tiap tahun," ujar dia saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Dana abadi riset dinilai penting untuk membiayai berbagai riset, untuk menghasilkan inovasi dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang, misalnya pangan, kesehatan, dan sumber energi, yang pada ujungnya bertujuan membangun kehidupan bangsa yang lebih maju dan sejahtera.
Hasil riset, kata dia, juga penting untuk menjawab berbagai permasalahan yang ditemui di tengah masyarakat, industri, maupun dunia.
Dalam rangka peringatan Hari Buruh, Satryo mendorong peningkatan kualitas buruh untuk kemajuan daya saing.
"Mari kita kerja bersama untuk meningkatkan daya saing Indonesia," kata dia.
Ia mengemukakan peningkatan kualitas buruh akan mendorong terbangunnya tenaga kerja unggul bangsa Indonesia yang semakin mampu bersaing di kancah global.
Pada kesempatan sebelumnya, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan sumber daya manusia yang unggul akan mendukung ekonomi modern berbasis inovasi serta ilmu pengetahuan dan teknologi, yang utamanya adalah hasil pendidikan di jenjang lanjut berbasis riset.
"Realisasi dana abadi riset sangat berkorelasi dengan pengembangan SDM unggul Indonesia masa depan," kata dia.
Di lain sisi, dia menuturkan dana abadi riset sebagai salah satu sumber pendanaan riset di luar mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sudah seharusnya ada, sebagai salah satu dari tiga jenis sumber pendanaan utama riset, sebagaimana praktik di banyak negara, yaitu dana negara (APBN), swasta, dan dana abadi.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019