Kota Pekanbaru (ANTARA) - Wakil Gubernur (Wagyb) Riau, Edy Natar Nasution mengatakan sebuah kebijakan yang dewasa dan bertanggungjawab karena buruh bersama perusahaan di daerah ini menggelar dialog sosial dalam memperingati Mayday 2019.
"Kebijakan menggelar dialog dalam ruang tertutup ini sangat cerdas dan bertanggungjawab, dan ini jauh lebih baik daripada kita berteriak-teriak di luar tetapi esensinya tidak sampai," ujarnya di Pekanbaru, Rabu.
Pendapat demikian disampaikannya pada acara peringatan Mayday 2019 di Riau dalam bentuk dialog sosial dengan tema "tumbuh bersama antara pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, pengusaha dan pemerintah kita menjadi kuat", diikuti 250 peserta.
Menurut dia, dialog ini dikemas sedemikian rupa untuk bisa menampung aspirasi pihak perusahaan dan pekerja, selanjutnya bisa menjaring beragam masukan bagi Pemerintah Provinsi Riau.
Keputusan ini, sebutnya sangat cerdas dan bertanggungajwab karena kondisi kita tidak terlalu baik jika menyampaikan aspirasi di ruangan terbuka, apalagi bertepatan dengan Pilpres yang belum selesai.
"Pilpres akan berlanjut pada 22 Mei 2019 dengan diumumkan hasil pemenang pemilu melalui penetapan KPU, jadi dialog ini merupakan keputusan yang sangat dewasa dan bagus," tambahnya.
Artinya, katanya dia melihat masyarakat Riau khususnya buruh sudah memiliki rasa tanggungjawab yang sama untuk menjaga bumi lancang kuning ini. Dalam dialog akan diperoleh kemajuan yang lebih baik lagi karena beragam masukan akan didapat dari seluruh peserta yang bisa ditangkap dengan lebih jernih lagi.
Di dalam ruangan ini, ujarnya peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan unek-uneknya, dan pikirannya yang selama ini jika tidak pernah tersalurkan, maka di sini diberikan keleluasan mengemukakan pendapat, saran dan diakhiri dengan kesimpulan yang bisa memberikan kontribusi pemikiran yang baik, bagi pengusaha dan pemerintah, yang bakal tertuang dalam suatu kebijakan, yang selama ini mungkin tidak pernah terpikirkan.
Ketua Apindo Riau, Wijatmoko Rah Trisno mengatakan bahwa setiap individu banyak membawa kepentingan, bagi kaum buruh, kepentingannya adalah masalah kesejahteraan sedangkan bagi pengusaha lebih pada efisiensi kerja dalam maksimalisasi produksi.
Ia menyebutkan, adanya kesenjangan antara pengusaha dengan pekerja memunculkan negara atau pemerintah sebagai kelompok penetral. Akhirnya pada kesimpulannya, antara pengusaha dan pekerja harus berjalan beriringan bersama-sama.
"Antara kesejahteraan dan kualitas kerja untuk mencapai produktivitas maksimal memang perlu adanya penyeimbang, maka disinilah peran pemerintah dan negara dibutuhkan untuk menjadi jembatan antara pengusaha dengan pekerja pada hubungan industrial," jelasnya.
Apindo, menurutnya adalah institusi yang menyadari antara upah dengan produktivitas harus berjalan beriringan, sebab bagaimanapun juga, pekerja tidak akan bisa maju tanpa pengusaha. Sebaliknya pengusaha juga tidak akan maju tanpa pekerja.
Kadisnaker Riau, Rasyidin mengatakan bahwa masih banyak buruh yang belum memiliki jaminan kesehatan adalah masalah kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi produktivitas.
"Jika jaminan kesehatan untuk pekerja maksimal, kesehatan pekerja akan terjaga, pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas," tambahnya.
Pewarta: Frislidia
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019