Banda Aceh (ANTARA News) - Penyebaran HIV/AIDS di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pascatsunami 26 Desember 2004 mengkhawatirkan karena jumlah penderitanya kini mencapai 18 kasus. "Sampai hari ini kita telah menerima laporan 18 kasus penyebaran virus AIDS di 12 Kabupaten/Kota di Aceh dan tujuh di antaranya dinyatakan telah meninggal dunia," kata sekretaris umum Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi NAD, Media Yulizar, di Banda Aceh, Kamis. Menurut dia, meskipun menyebaran HIV/AIDS di Aceh masih jauh lebih kecil dari daerah lain di Indonesia seperti Jakarta, Medan dan Bali, namun bila dibandingkan sebelum musibah tsunami akhir 2004 penyebaran virus tersebut jauh meningkat. "Sebelum tsunami kita hanya menerima laporan satu orang yang terjangkit HIV/AIDS, sedangkan pada bulan Juni 2007 menjadi 13 orang dan Juli sebanyak 15 orang. Bahkan data terakhir dari Dinas Kesehatan telah mencapai 18 kasus," katanya. Dia menambahkan, kebanyakan indikasi penemuan kasus penyebaran HIV/AIDS tersebut diketahui saat korban memeriksa kesehatan ke rumah sakit akibat telah terkomplikasi dengan penyakit lainnya. "Kebanyakan dari mereka baru tahu terserang virus HIV/AIDS ketika memeriksa darah dan kesehatan seperti TBC dan deman," kata Media Yulizar yang juga Kadis Kesehatan Kota Banda Aceh itu. Masyarakat yang terjangkit tersebut antara lain disebabkan hubungan intim, transfusi darah atau melalui penyuntikan obat-obatan terlarang. Kelompok terbanyak yaitu pada usia 20-29 tahun atau sekitar 40 persen. "Diperkirakan saat ini masih ada sekitar 1039 masyarakat yang terinveksi virus HIV/AIDS di Provinsi NAD yang belum dilaporkan, namun kita akan terus berupaya melakukan penjaringan guna memberantas penyebaran virus tersebut di Aceh," katanya. Media Yulizar mengharapkan kepada setiap warga yang merasa terjangkit HIV/AIDS untuk segara melaporkan dan memeriksa ke sejumlah klinik khusu yang telah disediakan guna penanggulangan lebih awal. Selain itu, dia juga meminta kepada seluruh elemen masyarakat untuk tidak memperburuk kedaan dengan menjauhi dan mengasingkan penderita HIV dari lingkungan warga, karena hal tersebut dinilai akan lebih memperburuk kondisi penderita. "Yang kita butuhkan sekarang adalah bagaimana merangkul dan menjaring penderita HIV/AIDS di Aceh sesegera mungkin sebagai upaya menanggulangi penyebaran virus tersebut di Aceh, bukan malah dengan cara mendiskriminasikan mereka," demikian sekretaris umum KPA Provinsi NAD.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007